Sukses

Negara di Asia Ini Kalahkan Amerika Serikat Jadi Saingan Ekonomi Dunia

Amerika Serikat, negara adidaya yang dikenal dunia sebagai saingan ekonomi dunia kini mulai tergantikan oleh negara di Asia Tenggara.

Liputan6.com, Singapura - Singapura telah menjatuhkan Amerika Serikat dari posisi teratas dalam laporan daya saing tahunan World Economic Forum (WEF).

Indeks, yang diterbitkan pada Rabu, 9 Oktober 2019, mengambil stok lanskap kompetitif ekonomi, mengukur faktor-faktor seperti stabilitas makroekonomi, infrastruktur, pasar tenaga kerja dan kemampuan inovasi.

Dilansir dari CNN, Kamis (10/10/2019), Singapura mendorong ekonomi terbesar dunia itu ke posisi kedua tahun ini. Negara yang identik dengan lambang singa itu mencetak nilai tertinggi untuk segi infrastruktur, kesehatan, pasar tenaga kerja dan sistem keuangan. Sementara Amerika Serikat kalah dari Singapura secara keseluruhan, namun "tetap merupakan kekuatan besar inovasi," tulis laporan itu.

Lantaran menguatnya ekonomi di Singapura, para pendukung Brexit James Dyson memindahkan kantor pusat perusahaannya ke negara tersebut. Singapura dan Vietnam menunjukkan kinerja yang kuat tahun ini, salah satu penyebabnya karena perang dagang AS-Cina. Laporan tersebut mencatat bahwa kedua negara Asia tersebut "tampaknya mendapat manfaat dari ketegangan perdagangan global melalui pengalihan perdagangan."

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Ekonomi Negara Asia Tenggara Turut Berkembang

Vietnam melonjak 10 tempat dari tahun lalu ke peringkat ke-67 dari 137 negara. Impor AS dari Vietnam naik 36% dalam lima bulan pertama tahun ini, karena perusahaan-perusahaan telah mengalihkan manufaktur dari China ke Vietnam dan negara-negara Asia Tenggara lainnya untuk menghindari tarif yang curam.

Perang dagang belum menjadi kemenangan bersih bagi Singapura, yang sangat bergantung pada ekspor dan menganggap China sebagai mitra dagang terbesarnya. Singapura memangkas perkiraan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) pada Agustus, setelah melaporkan penurunan besar dalam kegiatan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini. Ini menuju pertumbuhan tahunan terlemah sejak krisis keuangan global 2009. 

Hong Kong, Belanda dan Swiss turut melengkapi posisi lima besar. Hong Kong naik empat tingkat dari laporan tahun lalu, meskipun krisis politik telah berdampak pada ekonominya. Pusat keuangan menerima nilai tinggi untuk stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, tetapi gagal dalam kemampuannya untuk berinovasi. Meningkatnya ketegangan perdagangan dan geopolitik "memicu ketidakpastian" di seluruh dunia, laporan WEF memperingatkan.

"Ini menahan investasi dan meningkatkan risiko guncangan pasokan: gangguan pada rantai pasokan global, lonjakan harga mendadak atau gangguan dalam ketersediaan sumber daya utama," seperti tertulis di laporan itu.