Liputan6.com, Atlanta - Kemunculan seekor ikan kepala ular (Channa argus) baru-baru ini --atau biasa disebut ikan gabus di Indonesia-- di Kabupaten Gwinnett, Georgia, Amerika Serikat, membuat petugas margasatwa setempat kalang kabut.
Bahkan, mereka menyarankan kepada seluruh warga di negara bagian itu untuk segera membunuh "Frankenfish" ini saat melihatnya, kemudian membekukannya, dan melaporkan hasil tangkapannya.
Menurut Wildlife Resources Division dari Georgia Department of Natural Resources, 'hukuman mati' itu mungkin terdengar ekstrem, tetapi ada alasan kuat mengapa penduduk harus melakukannya.
Advertisement
Snake-head fish --badan berlendir, bergigi besar, dapat hidup dan bernapas di darat (untuk waktu beberapa hari), dan merayap seperti ular-- dalam beberapa dekade dilaporkan muncul di danau air tawar, kolam dan sungai di Amerika Serikat.
Baca Juga
Ikan ini adalah spesies invasif di Amerika Utara, dengan sejumlah penemuan di 14 negara bagian.Â
Pemerintah Georgia sendiri ingin mengambil tindakan cepat untuk memastikan hewan air endemik Asia Timur, Malaysia, Indonesia dan Afrika tersebut tidak terus menyebar luas di Negeri Paman Sam.
Kata mereka, ikan yang panjangnya bisa mencapai 91 cm ini dapat merusak ekosistem lantaran memangsa spesies lain dan merajai habitat yang ditempatinya, menurut artikel The New York Post yang dikutip pada Jumat (10/10/2019).
Â
Â
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:Â
Laporan Awal
Scott Robinson, manajer operasi perikanan Wildlife Resources Division, menceritakan bahwa para pejabat departemen dihubungi oleh seorang nelayan pada pekan lalu.
"Ia mengaku, ketika itu, sedang memancing di sebuah kolam yang berada di properti pribadi dekat Lilburn, kota berpenduduk sekitar 11.000 orang di Kabupaten Gwinnett. Ketika tahu umpannya dimakan ikan, pria itu menggulung kail pancingnya. Namun, saat melihat hasil tangkapannya, dia sadar bahwa itu bukan spesies asli daerah sana. Lalu, nelayan ini hanya memotret ikan tersebut dan melepaskan kembali ke air," ungkap Robinson.
Nelayan itu lalu mengontak ahli biologi di Georgia, dan pekan ini, perburuan ikan gabus berlangsung. Sebuah tim pergi ke kolam tersebut pada Rabu kemarin. Mereka menangkap seekor yang panjangnya nyaris 60 cm dan tiga ekor ikan gabus 'remaja'.
Robinson menambhakan, ikan gabus tidak hanya rakus, tetapi juga dapat bereproduksi dengan kecepatan tinggi, mengganggu keseimbangan di daratan dan perairan.
"Mereka adalah predator yang tak hanya makan segala macam ikan, tetapi juga amfibi, hewan kecil, katak, kadal," katanya.
Advertisement
Upaya Pencegahan Pemerintah AS
Sejak 2002, pemerintah telah mengambil langkah tegas: melarang perdagangan ikan kepala ular dalam bentuk satwa liar (yang masih bernyawa) dan menetapkan hewan ini sebagai spesies non-pribumi yang berbahaya.
"Mereka seperti teror di film horor. Kami percaya bahwa ikan gabus yang muncul di sini (AS) merupakan hasil dari perdagangan atau industri makanan," ujar mantan Menteri Dalam Negeri Gale Norton pada 2002, ketika ia mengusulkan larangan impor ikan gabus hidup ke negara adidaya.
"Ada potensi kerusakan besar pada perikanan komersial dan rekreasi berharga di negara maju ini," lanjut Norton. "Maka dari itu, kita harus melakukan segala cara untuk mencegah mereka memasuki perairan kita, baik secara tidak sengaja atau sengaja."
Sebelumnya, ikan gabus pernah dibudidayakan secara bebas di Arkansas hingga larangan tersebut disahkan pada 2002, kata Lynne Parenti, kurator ikan di National Museum of Natural History.
Akan tetapi, entah bagaimana caranya, spesies itu masih tiba-tiba muncul di Amerika Serikat, seperti di sebuah kolam di Maryland (pada 2002) dan di pasar-pasar di New York dan Boston, di mana ikan ini banyak dikonsumsi oleh keturunan Tionghoa.
"Mereka pernah menjadi ikan akuarium yang populer, tetapi berubah menjadi sulit untuk dipelihara lantaran sifat mereka yang agresif," ungkap Dr. Parenti.
Sementara itu, tidak jelas bagaimana ikan kepala ular tiba-tiba muncul di Georgia, yang dekat Interstate 85 di tanah milik pribadi.
"Namun penduduk terkadang membuang spesies tersebut dari akuarium pribadi mereka ke perairan dekat jalan, karena mereka tidak lagi ingin merawat makhluk itu," pungkas Robinson.