Sukses

Presiden Xi Jinping: Yang Coba Memecah China Tubuhnya Akan Hancur

Presiden China, Xi Jinping memberi peringatan keras bagi pihak yang berencana menghancurkan China.

Liputan6.com, Beijing - Presiden China Xi Jinping memberi peringatan keras pada setiap upaya yang memecah belah Tiongkok maka akan dihancurkan. Beijing kini sedang menghadapi tantangan politik terkait protes berbulan-bulan di Hong Kong dan kritik AS atas perlakuan China terhadap kelompok minoritas Muslim.

"Siapa pun yang mencoba untuk memecah China di mana pun akan berakhir dengan tubuh yang hancur dan tulang-tulang yang hancur," katanya kepada Perdana Menteri Nepal KP Sharma Oli dalam sebuah pertemuan pada Minggu 13 Oktober, menurut penyiar CCTV negara China.

"Dan setiap pihak eksternal yang mendukung upaya-upaya memecah China hanya akan menjadi mimpi belaka," katanya menambahkan.

Dilansir dari Strait Times, Senin (14/10/2019), Xi Jinping merupakan Presiden Tiongkok pertama yang mengunjungi Nepal dalam 22 tahun terakhir, ia tiba di Nepal pada Sabtu untuk kunjungan kenegaraan. Kedua belah pihak diperkirakan akan menandatangani kesepakatan untuk memperluas jalur kereta api antara negara Himalaya dan Tibet.

Oli Nepal mengatakan kepada Xi Jinping bahwa negara itu akan menentang "kegiatan anti-China" di negaranya, CCTV melaporkan.

China, yang berusaha untuk meningkatkan perang dagang yang berkepanjangan dengan Amerika Serikat, telah melihat otoritas politiknya diuji oleh protes yang semakin keras terjadi di Hong Kong.

Polisi di Hong Kong telah menggunakan peluru karet, gas air mata dan meriam air terhadap demonstran pro-demokrasi di bekas jajahan Inggris, yang telah terjerumus ke dalam krisis politik terburuk dalam beberapa dekade.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Masalah yang Dihadapi China

Presiden AS Donald Trump mengatakan akan sulit untuk bernegosiasi dengan China jika terjadi sesuatu yang 'buruk' dalam penanganan otoritas China terhadap protes Hong Kong.

Trump mengatakan ia akan membahas masalah Hong Kong dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He pada hari Sabtu selama putaran pembicaraan terakhir mereka. Kedua belah pihak mencapai "fase satu kesepakatan" yang telah meningkatkan optimisme untuk kesepakatan yang lebih luas meskipun banyak masalah mendasar tetap tidak terselesaikan dan tarif yang ada masih belum diangkat.

Washington pekan lalu juga telah memasukkan 28 perusahaan China ke daftar hitam (black list) atas perlakuan Beijing terhadap mayoritas etnis minoritas Muslim. China menghadapi kecaman internasional yang terus meningkat atas apa yang disebutnya pusat pendidikan dan pelatihan di wilayah barat terpencil Xinjiang. Aktivis mengatakan itu adalah kamp penahanan massal yang menampung lebih dari 1 juta etnis Uighur dan Muslim lainnya.

Sebelum tiba di Nepal, Xi Jinping berada di India untuk melakukan pembicaraan dengan Perdana Menteri India Narendra Modi untuk mencoba memperbaiki hubungan atas wilayah Himalaya Kashmir yang disengketakan di tengah-tengah protes anti-China yang tersebar dari kelompok-kelompok Tibet.

China mengirim pasukan ke Tibet yang terpencil dan pegunungan pada 1950 dalam apa yang secara resmi disebut pembebasan damai dan telah memerintah di sana dengan tangan besi sejak itu.

Dalai Lama, pemimpin spiritual Tibet, melarikan diri ke India pada tahun 1959 setelah pemberontakan yang gagal melawan pemerintahan China. China mencapnya sebagai seorang reaksioner berbahaya yang berupaya memisahkan hampir seperempat massa daratan Tiongkok.