Sukses

Studi Baru Buktikan Vape Bisa Jadi Solusi Pengganti Rokok

Vape atau rokok elektrik telah terbukti dapat menjadi pengganti rokok konvensional karena kandungannya yang tidak separah rokok.

Liputan6.com, London - Sebuah penelitian baru di Inggris menyatakan vaping atau penggunaan rokok elektrik telah membantu puluhan ribu orang Inggris berhenti merokok setiap tahun. Hal ini menggarisbawahi sikap Inggris yang lebih toleran terhadap rokok elektrik ketika kejadian sebaliknya justru merajalela di Amerika Serikat.

Dilansir dari Strait Times, Kamis (17/10/2019), sekitar 50.000 hingga 70.000 perokok Inggris berhenti merokok setiap tahun dan beralih ke rokok elektronik. Menurut studi yang dilakukan para peneliti di University College London, mereka menganalisis kenaikan vaping sejak 2011 dan mengaitkannya dengan pola penurunan merokok sejak itu.

Laporan tersebut menyoroti perbedaan terhadap vaping di AS dan Inggris.

Sejumlah negara bagian dan kota-kota Amerika memiliki akses terbatas ke rokok elektrik setelah lebih dari 1.000 kasus penyakit yang sebagian besar dikaitkan dengan cairan yang dicampur dengan senyawa psikoaktif dalam ganja ke alat vaping.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Berbeda dengan Amerika

Tidak ada penyebaran penyakit serupa di Eropa, dan departemen kesehatan Inggris telah menegaskan kembali sikap mereka bahwa vaping tidak lebih berbahaya daripada rokok, justru mendorong perokok untuk mulai beralih.

"Inggris tampaknya telah menemukan keseimbangan yang masuk akal antara regulasi rokok elektrik," ucap pemimpin studi, Emma Beard.

"Jutaan perokok menggunakannya untuk mencoba berhenti merokok atau mengurangi jumlah rokok yang biasa mereka habiskan," tambahnya.

Data tersebut didasarkan pada ribuan perokok antara 2006 dan 2017 yang berupaya untuk berhenti dan beralih ke rokok elektrik. Temuan ini dipublikasikan pada Kamis 17 Oktober oleh jurnal ilmiah Addiction, dan penelitian ini didanai Cancer Research UK.