Sukses

Super Canggih, Inikah 5 Negara dengan Angkatan Udara Terkuat di Dunia?

Angkatan udara dari 5 negara berikut disebut sebagai yang paling kuat di dunia.

Liputan6.com, Washington DC - Sejak Perang Dunia I, pertempuran udara dianggap sebagai elemen yang sangat diperlukan dalam peperangan modern bagi sebuah negara maju.

Mesin-mesin pesawat tempur banyak yang sudah dilengkapi dengan avionik canggih yang digerakkan komputer, kecepatan supersonik, dan amunisi api.

Ketika memasuki Abad ke-21, memasuki lanskap geopolitik yang semakin fluktuatif, negara-negara di dunia mulai berlomba-lomba untuk 'memperbaiki' kualitas angkatan udara mereka.

Terlebih, pola sejarah yang berulang cenderung merujuk pada kemungkinan pecahnya konflik global di masa depan. Armada dipersiapkan sejak dini, termasuk pesawat penyerang, pembom, pelatih, helikopter, dan transportasi.

Selain jumlah personel, ada faktor lain yang berkontribusi pada suksesnya angkatan udara di sebuah negara, antara lain ukuran armada, kinerja, anggaran pertahanan, aliansi strategis, dan kualitas pelatihan.

Berikut 5 negara dengan angkatan udara terkuat di dunia, versi Top Tenz yang dikutip pada Jumat (18/10/2019).

2 dari 6 halaman

1. Amerika Serikat

Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) menyediakan banyak pesawat militer. Selain itu, Angkatan Laut dan Korps Marinir AS yang bergabung, menciptakan angkatan udara terbesar kedua di dunia, menjadikan Negeri Paman Sam sebagai juara kelas berat di kedirgantaraan.

Dikenal sebelumnya sebagai United States Army Air Force, USAF menjadi cabang independen dari militer AS di bawah administrasi langsung Presiden Harry Truman pada 11 September 1947.

Pesawat tempur Amerika berlokasi strategis di seluruh negara dan wilayah AS di dunia, dengan 59 pangkalan aktif, 10 pangkalan bersama. Selain itu, dapat pula ditemukan pada instalasi asing, mulai dari Inggris hingga Korea Selatan.

Sementara USAF menawarkan inventaris canggih yang mencakup semua aspek pertempuran udara, F-22 Raptor menempati posisi tertinggi.

3 dari 6 halaman

2. Rusia

Setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1991, Federasi Rusia dibentuk dengan mewarisi jet era Perang Dingin yang sangat membutuhkan pembaruan.

Perombakan drastis tidak akan mudah, terlebih perekonomian negara sedang lumpuh, terjadi kerusuhan sosial, dan korupsi besar-besaran di setiap tingkat pejabat.

Namun, Angkatan Udara Rusia berusaha keras untuk bangkit, dengan menyertakan para mantan perwira Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (nama badan intelijen Uni Soviet dari 13 Maret 1954 sampai 6 November 1991) yang sangat ingin membuat Rusia hebat lagi dengan cara apa pun yang diperlukan.

Infrastruktur militer untuk angkatan udara Rusia didanai dengan baik, yang termahal adalah Su-57, pesawat tempur generasi kelima multi-peran yang maju secara teknologi. Burung besi ini juga bisa melakukan trik.

 

4 dari 6 halaman

3. China

Secara historis, perang skala besar yang melibatkan gesekan tinggi biasanya didukung pihak-pihak yang memiliki personel banyak dan kuat.

Teknologi canggih, pengeluaran pertahanan yang kuat, dan persediaan nuklir membuat People’s Liberation Army Air Force (PLAFF) menjadi pasukan yang perkasa.

Didirikan secara resmi pada 11 November 1949, PLAFF terus meningkatkan performanya dengan mengacu pada masa depan. Modernisasi yang dilakukan pemerintah China terhadap Angkatan Udara mereka tercermin dalam jet tempur siluman Chengdu J-20.

Pertama kali diperkenalkan pada 2017, pesawat tersebut merupakan generasi kelima pertama di Asia. Meskipun spesifikasinya masih diselimuti kerahasiaan, namun Chengdu Aerospace Corporation merancang J-20 sebagai 'prajurit perang' paling unggulan di udara, dengan kemampuan serangan presisi.

Militer China juga memiliki sejumlah drone mematikan dan rudal hipersonik --amunisi yang mungkin dapat menghancurkan kapal induk.

Selain itu, musuh-musuh Tiongkok mungkin juga dibuat ketar-ketir dengan perkembangan DF-ZF, sebuah pesawat hipersonik tak berawak yang mampu melaju dengan kecepatan beberapa ribu mil per jam.

China memamerkan sejumlah 'barang' terbarunya saat parade yang menandai peringatan ke-70 Republik Rakyat Tiongkok, dengan penampilan mendebarkan dan menakutkan.

Menurut Pensiunan Kapten Angkatan Laut Jim Fanell (mantan direktur intelijen Armada Pasifik), DF-ZF mencerminkan komitmen China untuk mengembangkan senjata yang dapat merusak pertahanan rudal AS.

"Ancaman serangan rudal hipersonik tidak hanya berdampak pada skenario perang konvensional, seperti yang kita lihat sedang berkembang di Laut China Selatan dan Timur, tetapi juga menempatkan strategi pertahanan nuklir AS dalam bahaya," kata Fanell.

5 dari 6 halaman

4. Inggris

Didirikan pada 1 April 1918, Royal Air Force (RAF) adalah angkatan udara independen tertua di dunia (ikut dalam Battle of Britain dalam Perang Dunia II). Sejak saat itu, kekuasaan Britania Raya di angkasa berhasil dipertahankan dari serangan musuh, termasuk tentara Nazi.

RAF saat ini terlibat dalam 15 misi di empat benua di 22 negara. Pasukan mereka disokong oleh jet tempur Eurofighter Typhoon dan ditambah dengan armada PANAVIA Tornado GR.4 yang sudah sangat 'sepuh'.

Menambah koleksinya, Inggris juga telah mengakuisisi selusin varian F-35B yang mampu lepas landas di landasan pacu pendek dan mendarat secara vertikal atau short takeoff and vertical landing (STOVL) --122 unit lainnya telah dipesan sebagai pengganti Tornado dan Harrier GR9.

6 dari 6 halaman

5. India

Angkatan Udara India (IAF) adalah pasukan yang besar dan kuat, dan baru-baru ini menjadi jauh lebih tangguh dan lebih canggih. Pada 8 Oktober 2019, India menerima pesanan pertama dari 36 Dassault Rafales.

Pembelian senilai US$ 8,78 miliar ini tidak hanya memperluas armada ke-4 terbesar di dunia (lebih dari 2.000 pesawat), tetapi juga meningkatkan stok jet MiG buatan Soviet yang sudah tua.

India masih mempertahankan hubungan keluarga yang mendalam dengan Rusia --terutama yang berkaitan dengan Su-30MKI, pesawat tempur superior yang dikembangkan oleh JSC Sukhoi Company yang berpusat di Moskow dan dibangun di bawah lisensi Hindustan Aeronautics Limited.

Perdana Menteri India, Narendra Modi, terus mendorong agenda "Make-in-India" yang mencakup kesepakatan dengan Lockheed Martin untuk membuat sayap bagi F-16. Produksi dijadwalkan akan dimulai pada 2020 dari fasilitas produksi di India selatan.

Lockheed Martin juga mengajukan penawaran untuk kontrak senilai US$ 15 miliar yang diperkirakan untuk memasok IAF dengan 114 jet tempur.

Raksasa kedirgantaraan Amerika itu bahkan menawarkan untuk memindahkan lini produksi F-16 dari Amerika Serikat ke India dan mengembangkan versi pesawat sebagai F-21.