Liputan6.com, Jakarta - Hari ini tepat 222 tahun yang lalu, atau pada 22 Oktober 1797, Andre Jacques Gernerin melakukan terjun dari ketinggan dengan parasut untuk pertama kali di dunia. Ia melompat setinggi 975 meter dari atas Paris, Perancis.
Dikutip dari History, Selasa (22/10/2019), Leonardo Da Vinci dan Prancis Louis-Sebastien Lenormard membuat desain untuk sebuat parasut dari dua buah payung dan mencoba melompat dari pohon pada 1783.
Baca Juga
Namun, menurut catatan sejarah, Andre lah yang pertama berhasil merancang dan menguji parasut dan berhasil melihat bahwa parasut yang diciptakan Andre mampu memperlambar percepatan manusia yang jatuh dari ketinggian.
Advertisement
Andre sempat ditahan selama sekitar tiga tahun di benteng penjara di Hungaria, tapi ia tidak pernah berfikir untuk melarikan diri menggunakan rancangan parasutnya.
Dan pada 1797, parasut pertamanya benar-benar berhasil ia selesaikan dan juga ia uji coba dari ketinggian. Ia menggunakan kanopi berdiameter 7 meter.
Â
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Saat penerjunan
Akhirnya ia memutuskan untuk menguji parasutnya sendiri untuk mngetahui apakah parasut buatannya bisa menahan beban atau tidak. Namun, saat ia sedang menaiki puncak ketinggian terjadi suatu kendala yang mengharuskan Andre memanjat keranjang balon udaranya untuk memutus parasutnya.
Dan saat sudah terjun, Andre tak bisa membuat lubang udara para parasut yang ia gunakan. Akhirnya, ia tetap berhasil turun dalam kondisi yang terombang-ambing.
Andre mendarat sekitar 800 meter dari lokasi saat dia mulai terbang. Dan orang-orang sangat takjub dengan penemuannya.
Pada 1799, istri Andre, Jeanne terjun dengan parasut buatan Andre dan menjadi perempuan penerjun parasut pertama dalam sejarah.
Namun, pada 1823 Andre mengalami kecelakaan saat hendak menguji parasut barunya, dan hal ini merenggut nyawanya.
Sejarah lain mencatat, tepat pada 22 Oktober 1990, ilmuwan mengungkap hasil observasinya di lokasi, bahwa kekeringan ini telah menjadi salah satu bencana ekologis terparah sepanjang sejarah.
Dan pada 22 Oktober 1964 atau 50 tahun silam, sastrawan Prancis Jean-Paul Sartre secara mengejutkan menolak penghargaan Nobel Sastra yang ditetapkan untuk diberikan kepada dirinya.
Â
Reporter: Windy Febriana
Advertisement