Liputan6.com, Jakarta - Menurut penelitian yang diterbitkan pada Rabu 23 Oktober, koleksi-koleksi dalam museum hewan seperti burung atau mamalia, secara tidak proporsional lebih condong memilih jantan untuk di tampilkan. Walaupun spesies betina bisa saja lebih banyak dari pada jantan di alam liar.
Dikutip dari AFP pada Rabu (23/10/2019), seorang peneliti di departemen Ilmu Kehidupan di Natural History Museum di London, Natalie Cooper serta rekan-rekannya menganalisis jenis kelamin dari sekitar 2,5 juta spesies di lima koleksi internasional.
"Kami menduga bahwa terdapat bias pada spesies jantan, dan hal ini memang sering di temui dalam ilmu sains," ujar Natalie.
Advertisement
"Di museum, kolektor pada abad ke-19 punya koleksi yang sebagian besarnya adalah jantan, dan walaupun sudah berubah jaman, ternyata hingga saat ini banyak museum kolektor binatang yang masih punya koleksinya didominasi jantan," tambahnya.
Pada beberapa spesies, jantan mungkin lebih terlihat perbedaannya. Mungkin ada beberapa yang lebih besar, lebih mencolok, atau ada karakteristiknya yang lebih mudah untuk dikenali.
"Para pemburu melihat perbedaan yang ada di antara jantan dan betina, dan karena biasanya jantan lebih mencolok mereka menargetkan jantan lebih sering," kata Natalie.
Banyak ilmuwan yang secara tidak proporsional lebih sering mengumpulkan binatang jantan dibandingkan betina. Spesimen yang biasanya diteliti mewakili ukuran rata-rata di antara kawanan mereka, dan mereka biasanya jantan.
"Namun, dengan mengabaikan spesies betina, kita tidak bisa benar-benar mendapatkan gambaran lengkap mengenai kehidupan liar yang sesungguhnya," tambah Natalie.
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Simak video pilihan berikut:
Terlihat Sebagai Koleksi yang 'Macho'
Hal ini ternyata tetap berlaku untuk pajangan ornamen seperti tanduk atau gading. Mereka tetap cenderung untuk menggunakan ornamen milik jantan. Para kolektor benar-benar menyukai jantan.
Tren ini juga dibawa ke koleksi burung, mereka para kolektor burung sangat menyukai signifikasi burung jantang yang biasanya lebih berwarna dan menarik dibanding signifikasi betina.
"Contohnya seperti burung cendrawasih, mereka sangat disukai kolektor. Khususnya yang jantan," ujar penulis.
"Spesies betina biasa digunakan untuk penyeimbang rasio jenis kelamin. Akan bermanfaat untuk mengidentifikasi jenis kelamin spesimen yang tidak diketahui dalam koleksi. Mungkin saja betina lebih sulit diidentifikasi, karena signifikasi mereka yang mirip dengan burung muda," tambahnya.
Natalie berharap setelah terbitnya penelitian ini, lebih banyak yang sadar untuk meneliti atau melihat spesies betina.
"Saya berharap bahwa dengan mengakui masalah ini dan lebih banyak betina di bidang koleksi 'macho' tradisional, kita dapat membuat perubahan positif di masa depan," katanya.
Reporter: Windy Febriana
Advertisement