Liputan6.com, Jepang - Ritel terbesar Jepang, Uniqlo, telah menarik iklan yang menampilkan tokoh fesyen AS berusia 98 tahun dari layar Korea Selatan, pada Senin 21 Oktober 2019 lalu.
Langkah tersebut dilakukan karena Uniqlo dituduh menghapuskan sejarah kolonial.
Mengutip dari Telegraph, Kamis (24/10/2019), iklan untuk baju Uniqlo ini menunjukkan sebagai selebritas fesyen berusia sepuh, Iris Apfel yang sedang berbincang dengan desainer muda bernama Kheris Rogers yang usianya 13 tahun.
Advertisement
Adegan terakhir, Apfel yang berambut putih, bertanya bagaimana cara berpakaiannya ketika muda dulu kepada si gadis tersebut, "Ya Tuhan, aku tidak bisa ingat itu."
Namun, versi Korea Selatan memberikan penerjemahan yang sedikit berbeda pada versi iklan tersebut, yaitu, "Saya tidak dapat mengingat hal-hal yang terjadi lebih dari 80 tahun yang lalu."
Warga Korea Tak Setuju
Iklan ini menempatkan momen pada 1939, yaitu saat menjelang akhir pemerintahan kolonial Jepang yang brutal atas semenanjung Korea. Periode itu pun masih sangat dibenci, dan beberapa warga Korea Selatan bereaksi dengan marah.
"Sebuah negara yang melupakan sejarah tidak memiliki masa depan. Kita tidak bisa melupakan apa yang terjadi 80 tahun lalu, yang diolok-olok Uniqlo," komentar seorang pengguna internet Naver, portal terbesar di Korea.
Kalimat "Uniqlo, comfort women", mengacu pada wanita yang dipaksa menjadi budak seks bagi pasukan Jepang selama Perang Dunia II.
Kalimat tersebut menjadi istilah yang paling dicari di Naver pada akhir pekan, dan demonstran akhirnya memprotes hal tersebut di luar toko-toko Uniqlo pada Senin kemarin.
Advertisement
Di Tengah Pertikaian Diplomatik
Seoul dan Tokyo saat ini terkunci dalam perdagangan sengit dan pertikaian diplomatik yang berasal dari perselisihan pada zaman dulu. Konsumen Korea Selatan telah melakukan boikot terhadap produk-produk Jepang.
Uniqlo, yang memiliki 186 toko di Korea Selatan, telah menjadi salah satu target dengan profil tertinggi, sementara itu penjualan pembuat mobil Jepang turun hampir 60% dari tahun ke tahun pada September.
Perusahaan itu pun membantah tuduhan dalam sebuah pernyataan. Mereka mengatakan, iklan itu untuk menyoroti kesenjangan usia antara individu.
"Iklan itu tidak punya niat apa pun untuk menyiratkan sesuatu tentang pemerintahan kolonial," ungkap seorang perwakilan Uniqlo pada AFP, Senin.
Ia juga menambahkan, perusahaan telah menarik iklan dalam upaya pengendalian kerusakan.
Para analisis mengatakan, kontroversi tersebut menunjukkan politisasi sejarah kompleks tetangga. Reaksi itu berlebihan, kata Kim Sung-han, mantan wakil menteri urusan luar negeri yang mengajar di Universitas Korea.
Kim melibatkan segala sesuatu yang dilakukan Uniqlo itu adalah untuk sebagai perusahaan Jepang.
"Saya tidak melihat bagaimana komentarnya dapat dikaitkan dengan masalah wanita penghibur," tambahnya. "Ini terlalu sensitif."
Â
Reporter: Aqilah Ananda Purwanti