Liputan6.com, Damaskus - Kementerian Pertahanan Rusia telah mengkritik keputusan Amerika Serikat untuk mengirim kendaraan lapis baja dan pasukan tempur ke Suriah timur untuk melindungi ladang-ladang minyak di sana.
Moskow mengecam langkah itu, menyebut AS sebagai "bandit" dan menegaskan bahwa ladang 'emas hitam' tersebut merupakan milik sekutu yang mereka dukung selama ini, pemerintahan Suriah di bawah Presiden Bashar al-Assad.
Di sisi lain, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan, langkah itu bertujuan menjaga ladang dari kemungkinan jatuh ke tangan ISIS, demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Minggu (27/10/2019).
Advertisement
Konvoi AS yang terdiri lebih dari selusin kendaraan terlihat berkendara ke selatan kota Qamishli di Suriah bagian timur laut. Mereka kemungkinan menuju ke daerah Deir az-Zor yang kaya minyak, atau mungkin ke pangkalan lain di dekatnya.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah pemantau perang yang berbasis di Inggris, juga melaporkan konvoi tersebut, dan mengatakan mereka telah tiba lebih awal usai menempuh perjalanan dari Irak.
Sementara itu, konvoi besar pasukan pemerintah Suriah juga terlihat menuju jalan raya M4 di Suriah.
Kata Rusia
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Igor Konashenkov mengatakan: "Apa yang dilakukan Washington sekarang, perebutan dan penguasaan ladang minyak di Suriah timur di bawah kendali bersenjatanya, adalah, secara sederhana, menunjukkan sikap mereka sebagai bandit internasional."
"Semua deposit hidrokarbon dan mineral lainnya yang terletak di wilayah Suriah bukan milik teroris ISIS, dan bahkan bukan milik 'pembela Amerika dari teroris ISIS,' tetapi secara eksklusif merupakan milik Republik Arab Suriah," tambahnya.
"Penyebab sebenarnya dari tindakan ilegal oleh Amerika Serikat di Suriah ini terletak jauh dari cita-cita yang telah diproklamirkan Washington dan dari slogan-slogan memerangi terorisme," kata pejabat Rusia itu.
Simak video pilihan berikut:
Situasi Terkini
Operasi ofensif Turki ke Suriah bagian utara merupakan bagian dari rencana Ankara untuk mendirikan apa yang disebutnya "zona penyangga", membersihkannya dari kuasa SDF, dan merelokasi sekitar 3,6 juta pengungsi perang Suriah yang saat ini tinggal di Turki.
Kesepakatan terpisah yang dicapai antara Turki dan Rusia awal pekan ini mempercepat penyebaran pemerintah Suriah karena patroli gabungan Rusia-Suriah adalah bagian dari pengaturan perbatasan baru.
Namun, Rusia mengkritik AS yang justru akan terus mempertahankan pasukan di Suriah.
Sementara itu, kantor berita negara Suriah SANA mengatakan pasukan pimpinan Presiden Bashar al-Assad telah memasuki wilayah Ras al-Ain. Mereka dikerahkan ke delapan desa di sepanjang jalan raya dan dekat dengan perbatasan Suriah-Turki.
Pasukan pemerintah Suriah belum menginjakkan kaki di Suriah timur laut sejak 2012, ketika pemerintah menarik diri untuk fokus pada perang di tempat lain di Suriah.
SDF, yang dipelopori oleh Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), mengambil kendali atas wilayah tersebut ketika negara itu bersekutu dengan AS dalam pertempurannya melawan ISIS di wilayah tersebut.
Sejak 2015, SDF dan YPG secara signifikan memperluas kontrolnya di utara dan timur Suriah dan telah berupaya untuk menciptakan federasi otonom di sana.
Tetapi setelah Trump memerintahkan pasukannya untuk mundur dari daerah yang dikuasai Kurdi, Turki yang memusuhi kelompok etnis itu melancarkan serangan ofensif ke Suriah utara dan timur laut pada 9 Oktober 2019.
Advertisement