Sukses

Rayakan Mundurnya PM Saad Hariri, Warga Penuhi Jalanan di Lebanon

Pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di Lebanon untuk rayakan pengunduran diri PM negara itu, Saad Hariri pada Selasa (29/10/2019).

Liputan6.com, Lebanon - Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri mundur dari jabatannya. Seruan perayaan atas pengunduran diri Hariri pun meluas ke seluruh Lebanon pada Selasa 29 Oktober 2019.

Warga merayakan pemenuhan salah satu tuntutan mereka yang memaksa mundur PM Hariri dengan turun ke jalan-jalan di Lebanon, seperti dilansir aljazeera.com

Bagi banyak demonstran, pengunduran diri Hariri adalah dorongan penting dalam gerakan protes yang berjalan hampir dua minggu. Selama protes, dilaporkan ratusan pria yang sebagian besar berkulit hitam, memukuli pengunjuk rasa dan menghancurkan perkemahan protes di Beirut tengah.

Salah seorang demonstran, Mouzannar memberi komentar perihal insiden pemukulan itu.

"Hariri bukan orang yang mengirim orang-orangnya untuk memukuli kita dan menghancurkan apa yang kita miliki. Orang-orang itu masih di Parlemen dan kita harus menyelesaikan apa yang telah kita mulai di sana," kata Mouzannar.  

Sementara itu, seorang perencana acara berusia 21 tahun, Saba juga bersuara atas situasi yang terjadi saat ini sembari melukis bendera Lebanon pada wajah orang yang lewat. 

"Dia seharusnya mengundurkan diri lebih awal, tetapi lebih baik terlambat daripada tidak pernah - dan kita mendapatkan apa yang kita inginkan," kata Soba.

"Langkah kedua adalah mendapatkan kembali uang yang telah dicuri para politisi dari kita. Kemudian kita akan meminta pertanggungjawaban semua orang, dan Tuhan ada di pihak kita," tambahnya.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

2 dari 3 halaman

Pembentukan Pemerintah Baru

Sebelumnya, selama 13 hari orang-orang Lebanon dari berbagai aliran sektarian dan politik turun ke jalan-jalan dan menyerukan pengunduran diri pemerintah. Serta, meminta pertanggung jawaban atas korupsi yang terjadi selama puluhan tahun pada elite penguasa.

Sementara itu, permintaan utama sejumlah besar pengunjuk rasa adalah pembentukan pemerintah ahli independen. Hal itu untuk membimbing Lebanon dari krisis ekonomi dan keuangan yang memburuk. Serta, mengamankan layanan mendasar, seperti listrik dan air.

Seorang mahasiswa hukum berusia 21 tahun, Rafeef mengungkapkan alasan perlawanan yang dilakukan terhadap pemerintah Lebanon.

"Kami tidak ingin ada bagian dari kelas penguasa untuk menjadi bagian dari pemerintahan ini. Yang paling penting adalah menyingkirkan mereka semua, dan membentuk undang-undang pemilu baru yang menghapuskan sektarianisme dan menjadikan Lebanon sebagai satu distrik," kata Rafeef.

Terlepas dari itu, Direktur Institut Levant untuk Urusan Strategis, Sami Nader mengatakan kabinet para ahli independen adalah "hal yang indah."

"(Pemerintah) ala Libanainse, yang berarti Anda menempatkan beberapa tokoh independen untuk memenuhi jalan, tetapi modus operandi lama akan tetap (ada dan berjalan)," ungkap Sami Nader. 

"Setidaknya Hariri membuka pintu untuk solusi yang memungkinkan, karena kita benar-benar menemui jalan buntu dan ... berperilaku seolah-olah tidak ada yang terjadi dan melakukan bisnis seperti biasa bukanlah solusi," tambahnya.

Sami Nader turut mengatakan bahwa saat ini masalah terbesar adalah bagaimana Lebanon dapat menghindari keruntuhan finansial. Hal itu karena Lebanon merupakan salah satu negara yang paling berhutang budi di dunia, dengan utang publik lebih dari 150 persen dari PDB.

Gubernur Bank Sentral Lebanon, Riad Salameh mengatakan pada Senin bahwa Lebanon membutuhkan solusi untuk krisis dalam beberapa hari untuk menghindari keruntuhan finansial.

"Satu-satunya jalan nyata bagi Lebanon adalah menunjuk pemerintah yang dapat melangkah maju dari gangguan revolusi ini dan mengembalikan kepercayaan dengan rakyat dan komunitas internasional," kata Nader.

3 dari 3 halaman

Diplomasi dan Ketenangan Lebanon

Sementara itu, bagan pembahasan pembentukan pemerintah mendatang melalui konsultasi mengikat antara Parlemen Lebanon dengan presiden masih belum jelas. Hal itu meskipun Hariri secara luas dipandang sebagai kandidat yang potensial untuk kembali memimpin pemerintahan baru.

Setelah pengumuman pengunduran diri Hariri dari kursi perdana menteri dan serangan pada pengunjuk rasa, sebagian besar pemain politik segera menyerukan ketenangan. 

Terlepas dari Hezbollah dan sekutunya, Gerakan Patriotik Bebas yang menjadi partai terbesar dalam pemerintahan saat ini tidak membuat pernyataan resmi.

Ketua Parlemen (Sekutu Hezbollah), Nabih Berri mengimbau ketenangan dan dialog pada semua pihak.

"Apa yang terjadi membutuhkan ketenangan dan dialog segera antara semua pihak Lebanon," kata Nabih Berri.

"Apa yang terjadi sama sekali bukan sektarian,” tambahnya. 

Kepala Pasukan Lebanon, Samir Geagea yang empat menterinya mundur dari pemerintahan pada 19 Oktober 2019 lalu, menyambut baik pengunduran diri Hariri. 

Dia mengatakan "pemerintah spesialis" baru harus dibentuk dan termasuk orang-orang yang dikenal karena "kebersihan, integritas, dan kesuksesan" mereka.

Sementara itu, Ketua Partai Sosialis Progresif dan sekutu Hariri, Walid Joumblat  juga mengatakan dialog dan ketenangan adalah yang terpenting dalam situasi saat ini.

 

Reporter: Hugo Dimas