Liputan6.com, Jakarta - Istilah jack-o'-lantern pertama kali diterapkan pada manusia, bukan labu. Pada 1663, sebutan ini diartikan sebagai seorang pria yang menenteng sebuah lentera. Ia adalah si penjaga malam.
Hanya satu dekade kemudian, nama itu mulai digunakan untuk merujuk pada lampu misterius yang kadang-kadang terlihat pada malam hari di atas rawa, tanah berlumpur, dan paya (rawa yang ditumbuhi tumbuh-tumbuhan).
Advertisement
Baca Juga
Lampu-lampu tersebut --yang panggilannya beraneka ragam di berbagai dunia: jack-o'-lantern, hinkypunks, hobby lantern, lilin jenazah, peri lampu, will-o'-the-wisp, dan fool's fire-- tercipta dari gas-gas materi tanaman yang terurai, yang juga menyala saat berkontak dengan listrik atau sumber panas atau karena teroksidasi.
Selama berabad-abad sebelum penjelasan ilmiah ini diketahui, orang-orang yang merayakan Halloween dan masih percaya gaib, menceritakan kisah horor yang bertujuan untuk menjelaskan cahaya misterius itu.
Di Irlandia misalnya, sejak 1500-an, dongeng tersebut sering dikaitkan dengan seorang pria bernama Jack. Berikut cerita lengkapnya, tentang asal mula labu ikonik Halloween yang melegenda, seperti dikutip dari Mental Floss, Rabu (30/10/2019).
Jack Si Pandai Besi
Seiring dengan mitos yang berkembang di masyarakat urban, Jack si Pelit kerap digambarkan sebagai seorang pandai besi. Konon, ia beberapa kali mengundang iblis ke bar kediamannya untuk minum bersama.
Jack tidak mau membeli minuman dengan uangnya sendiri. Ia berusaha keras meyakinkan iblis agar berubah menjadi koin yang dapat digunakan untuk menyelesaikan urusan ini.
Iblis pun terlena dalam bujuk rayu Jack. Dengan mudahnya, iblis mau menuruti permintaan Jack. Ia merubah dirinya sendiri menjadi koin emas.
Namun, kepercayaan iblis dinodai oleh Jack. Jack tidak membayar tagihannya dan menyimpan koin setan itu di sakunya dengan salib perak, sehingga iblis tidak dapat kembali ke bentuk aslinya.
Singkat cerita, Jack akhirnya mau melepaskan iblis, tetapi dengan satu syarat: iblis harus berjanji bahwa ia tidak akan membalas dendam pada Jack dan tidak akan mengklaim jiwa Jack ketika Jack meninggal. Iblis pun menyetujuinya.
Di lain hari, Jack kembali berulah. Kali ini, ia meyakinkan iblis untuk memanjat sebuah pohon dan memetik buahnya. Iblis pun menuruti permintaan Jack.
Ketika iblis berada di atas pohon, Jack lalu mengukir salib di batang tumbuhan tersebut sehingga iblis tidak dapat turun kembali.
Jack membebaskannya lagi, dengan syarat bahwa iblis --sekali lagi-- tidak membalas dendam dan tidak mengklaim arwah Jack.
Bertahun-tahun berlalu, Jack akhirnya meninggal. Malangnya, Tuhan tidak membiarkan ruh Jack masuk surga dan melemparnya ke neraka.
Di neraka, ada iblis yang pernah menjadi 'teman' Jack. Ketika sukma Jack sampai di gerbang neraka dan hendak dicemplungkan ke dalamnya, tiba-tiba iblis ini menghalanginya.
Rupanya, iblis teringat akan janjinya pada Jack ketika si pandai besi ini masih hidup: tidak mengklaim jiwanya. Iblis pun memegang teguh janji itu, menolak kehadiran ruh Jack di neraka.
Sebaliknya, iblis memberinya satu batu bara yang menyala untuk menerangi jalannya dan mengirimnya kembali ke dunia setiap malam hari untuk 'menemukan nerakanya sendiri'.
Di Bumi, Jack memasukkan batu bara itu ke labu yang diukirnya. Konon, ia telah menjelajahi pelosok negeri sembari membawa batu itu sejak insiden 'pengusiran' tersebut.
Di Irlandia, lampu misterius yang terlihat di rawa-rawa dikatakan sebagai lentera buatan Jack yang bergerak ketika jiwanya yang gelisah berkeliaran di pedesaan.
Sampai masa kini, Jack dan lampu-lampu 'hantu' itu dijuluki "Jack of the Lantern" atau "Jack O'Lantern."
Advertisement
Cerita Lama, Tradisi Baru
Legenda Jack si Pelit dibawa hingga ke dunia baru oleh bangsa Irlandia. Membuat lentera dari sayuran adalah kebiasaan di Kepulauan Inggris.
Umumnya, sayuran yang diukir adalah labu, buah bit, dan kentang, yang kemudian diisi dengan batu bara, bara kayu, atau lilin untuk merayakan panen musim gugur.
Sebagai lelucon, anak-anak terkadang berkeliaran di jalanan dengan sayuran bercahaya tersebut untuk menipu teman-teman dan pelancong, agar dikira Jack atau arwah penasaran Jack.
Seiring waktu, anak-anak memperbaiki gurauan tersebut dan mulai mengukir gambar wajah menyeramkan di labu, membuat lentera tampak seperti kepala tanpa tubuh.
Pada pertengahan 1800-an, nama panggilan Stingy Jack diaplikasikan ke lentera labu bohongan itu, yang kemudian diganti dengan jack-o'-latern.
Menjelang akhir Abad ke-19, jack-o'-lantern berubah dari sekadar trik menjadi dekorasi musiman, termasuk di pesta mewah Halloween pada 1892 yang diselenggarakan oleh wali kota Atlanta.