Liputan6.com, Chili - Chile, pada Rabu 30 Oktober 2019, menarik diri untuk menjadi tuan rumah dua pertemuan internasional. Dua pertemuan yang dibatalkan tersebut meliputi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) dan soal isu iklim.
Dikutip dari BBC pada Kamis (31/10/2019), hal itu terjadi akibat protes anti-pemerintah Chile yang terus bergulir.
Baca Juga
Presiden Chile, Sebastián Piñera kecewa dengan keputsan tersebut. Namun, pemerintahannya perlu melakukannya untuk "memprioritaskan kembali pembangunan sesuai permintaan rakyat Chile."
Advertisement
Conference of Parties (COP) 25 yang merupakan KTT klim dijadwalkan berlangsung pada 2Â - 13 Desember 2019 di Chile.
Sementara itu, APEC dijadwalkan berlangsung pada 16-17Â November 2019 di negara dengan ibu kota Santiago tersebut.
Pemimpin-pemimpin negara di dunia akan berkumpul pada COP untuk mendiskusikan implementasi dari Pakta Iklim Paris Accord.
Paris Accord itu sendiri adalah perjanjian iklim internasional yang penting, dan pertama kali ditandatangani pada Desember 2015 di COP21.
Ini adalah kali pertama negara Chile menarik diri untuk menjadi tuan rumah konferensi.
Â
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Keluhan atas Pemerintah Chile
Protes yang berlangsung hingga saat ini dipicu oleh kenaikan harga kereta metro di Santiago. Meski saat ini kenaikan harga tersebut sudah ditangguhkan.Â
Meski demikian, para demonstran saat ini menyuarakan ketidakpuasan mereka atas berbagai masalah, mulai dari ketidaksetaraan hingga tingginya biaya perawatan kesehatan di Chile.
Sementara itu, putusan untuk menggelar pertemuan membahas iklim datang setelah jumlah unjuk rasa iklim global terus bertambah. Termasuk, sebuah minggu protes yang dipimpin aktivis lingkungan asal Swedia, Greta Thunberg pada bulan lalu.
Advertisement
Demo Besar Chile
Hingga saat ini setidaknya 20 orang tewas sejak demonstrasi besar bergulir di Chile.
Terlepas dari adanya demo yang berjalan damai, ada juga insiden mematikan dari pembakaran dan penjarahan. Serta, bentrokan kekerasan antara pasukan keamanan dengan para pengunjuk rasa.
Lebih dari 7.000 orang ditangkap oleh pemerintah Chile. Sementara, respon pemerintah Chile terhadap unjuk rasa yang terjadi mendapat kecaman keras dari berbagai pihak.Â
Presiden Sebatian Pinera bahkan menyatakan keadaan darurat dan jam malam di banyak kota besar di Chilli. Namun, langkah-langkah yang dilakukan justru semakin memicu protes yang lebih besar.
Sebuah demonstrasi pada hari Sabtu diperkirakan telah menarik lebih dari satu juta orang ke jalan-jalan di Santiago.Â
Aksi itu bahkan disebut sebagai demonstrasi terbesar sejak demokrasi dipulihkan di Chile pada tahun 1990.
Â
Reporter: Hugo Dimas