Sukses

Konyol, 5 Pemimpin Dunia yang Memerintah Selama Beberapa Menit hingga Hari

Momen aneh dari orang yang pernah memimpin negaranya, ada yang bertakhta selama 20 menit saja.

Liputan6.com, Jakarta - Bayangkan bila Anda dipilih atau dianugerahkan tampuk kekuasaan atas suatu bangsa, kerajaan atau kekaisaran. Kemungkinan, Anda akan merasa terhormat dan bangga pada diri sendiri atas kekuatan semacam itu.

Namun, tahukah Anda bahwa menjadi pemimpin di sebuah negara merupakan tantangan yang sangat besar?

Bahkan, sepanjang sejarah, jabatan tertinggi tersebut tidak berlangsung lama. Ada yang dicabut atau dipindahkan secara sukarela maupun terpaksa, mereka memerintah dengan singkat.

Selain itu, fakta lain dari menjadi seorang pemimpin adalah mereka tidak kebal terhadap penyakit dan kematian.

Menjadi pemimpin bukanlah jaminan segala sesuatu berjalan sesuai keinginan Anda. Karena sifat politik dari sebagian besar posisi kepemimpinan, selalu ada 'kejutan' yang menunggu Anda.

Berikut 5 pemimpin negara di dunia yang memerintah dalam waktu amat sekejap, seperti dikutip dari Wonderslist, Kamis (31/10/2019).

2 dari 6 halaman

1. Raja Louis XIX dari Prancis - 20 Menit

Seperti kebanyakan negara-negara Eropa, Prancis memiliki monarki dengan raja dan ratu yang berfungsi penuh di kursi kekuasaan. Dengan suksesi turun temurun itulah cara Louis XIX menjadi "raja 20 menit."

Louis XIX adalah putra Charles X yang merupakan adik lelaki Raja Louis XVI.

Pria yang juga dikenal sebagai Louis Antoine, menikahi Putri Marie-Therese --anak perempuan Raja Louis XVI.

Tahun 1800-an adalah masa yang sulit bagi monarki Prancis karena revolusi. Banyak bangsawan terbunuh atau diasingkan. Monarki berusaha bertahan dan menjadi relevan.

Ketika Louis XVI wafat pada 1824 tanpa memiliki anak laki-laki, takhta otomatis jatuh ke tangan Charles X, adik lelakinya.

Charles X berusaha menyelamatkan monarki dari kehancuran dengan melembagakan reformasi, tetapi itu tidak cukup untuk memenangkan hati rakyat. Monarki menajdi kian tidak populer dan orang-orang hanya menginginkan perubahan nyata.

Karena merasa mendapat tekanan besar sebagai pemimpin, Charles X memutuskan hengkang dan menunjuk putranya, Louis XIX, menjadi penggantinya.

Namun, Louis XIX bukanlah kandidat yang populer atau disukai rakyat. Dua puluh menit setelah diangkat, ia juga turun takhta dan melarikan diri ke Skotlandia, di mana diaiskan akhir hidupnya.

3 dari 6 halaman

2. Kanselir Joseph Goebbels - 1 Hari

Joseph Goebbels bergabung dengan partai Nazi pada 1920-an dan merupakan sekutu dekat Adolf Hitler sebelum dan selama Perang Dunia II.

Joseph adalah seorang penulis dan jurnalis yang sanggup 'menyihir' Hitler dengan karyanya, yang memanfaatkan penggunaan kata-katanya sebagai bentuk ekspresi.

Padan 1933 ketika Adolf Hitler menjadi kanselir Jerman, Joseph Goebbels diangkat sebagai Menteri Pencerahan dan Propaganda Publik. Perannya adalah untuk menumbuhkan perasaan anti-Semit di antara penduduk Jerman melalui penggunaan media dan sastra.

Joseph berubah dari sastrawan menjadi mesin propaganda Nazi sebelum dan selama pertempuran bersejarah ini.

Ketika Perang Dunia II dimulai, Joseph menciptakan film propaganda yang dimaksudkan untuk mengambil hati penduduk Jerman. Film ini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa Nazi adalah sesuatu yang paling benar, sementara lainnya salah.

Namun, ketika perang berlangsung dan kekalahan sudah dekat, sebelum Hitler bunuh diri, sang diktator menunjuk Joseph sebagai kanselir Jerman secara mendadak, menggantikan posisinya.

Sayangnya, Joseph bernasib sama dengan Hitler: menghabisi nyawanya sendiri. Sebelum bunuh diri, Joseph meracuni enam anaknya dan istrinya, Magda. Tindakan keji ini dilakukan di bunker Hitler, di Berlin.

Joseph Goebbels adalah kanselir Jerman yang menjabat hanya satu hari penuh.

4 dari 6 halaman

3. Sultan Khalid bin Barghash dari Zanzibar - 2 Hari

Pulau Zanzibar di Afrika Timur diperintah oleh para sultan yang merupakan otoritas nusa tersebut. Sultan Khalid bin Barghash adalah salah satu penguasanya. Ia adalah putra Sultan Sayid Barghash bin Said Al-Busaid, seorang sultan termasyhur seantero Zanzibar.

Namun, pada 1890, pulau ini menjadi bagian dari Kerajaan Inggris. Britania Raya menginginkan posisi orang yang berbeda di pucuk pimpinan, seseorang yang akan menguntungkan mereka dan tidak menimbulkan masalah. Konon, Inggris takut terhadap popularitas sultan yang mendapatkan takhtanya dari keturunan.

Di satu sisi, Sultan Khalid bin Barghash enggan meninggalkan posisinya untuk sultan terpilih Inggris. Karenanya, Inggris merespons dengan mengirim kapal perang ke pantai Zanzibar. Mereka membombardir istana kayu tempat Sultan Khalid dipaksa menyerah.

Akhir cerita, Inggris menang dan mengambil apa yang mereka inginkan. Sultan Khalid melarikan diri ke Seychelles dan memerintah Zanzibar hanya selama 2 hari.

5 dari 6 halaman

4. Raja Dipendra Bir Bikram Shah Dev dari Nepal - 3 Hari

Sebelum dia menjadi raja, Dipendra adalah putra mahkota Nepal. Keadaan yang menyebabkan dia dinobatkan menjadi raja agak mengejutkan.

Pada 1 Juni 2001, Dipendra menembak ayahnya sendiri, Raja Birendra Bir Bikram Shah Dev, juga sang ibu, Ratu Aishwarya, serta 8 anggota keluarga kerajaan lainnya.

Penyebabnya konon bermula dari penolakan keluarga yang tidak menyetujui minat Dipendra untuk menikahi seorang wanita dari keluarga kerajaan India.

Setelah ia menghabisi nyawa keluarganya, ia mengarahkan pistol ke tubuhnya sendiri, berniat bunuh diri. Namun, dia tidak mati, meski mengalami koma.

Karena raja sudah mati, takhta pun jatuh ke Dipendra saat dia masih koma. Akan tetapi, semua tidak berjalan sesuai rencana, 3 hari kemudian Dipendra meninggal. Pamannya-lah yang akhirnya menjadi raja baru, Raja Gyanendra Bir Bikram Shah Dev.

Pemerintahan Raja Dipendra Bir Bikram Shah Dev berlangsung dari 1 hingga 4 Juni 2001. Dari semua pemimpin di Nepal, ia adalah salah satu pemimpin yang berdampak negatif terhadap sejarah Nepal.

6 dari 6 halaman

5. Perdana Menteri Frank Forde dari Australia - 5 Hari

Frank Forde adalah seorang politisi dari partai Buruh yang merupakan perwakilan federal Capricornia selama 24 tahun (1922-1946). Dia bertugas di pemerintah Australia sebagai wakil perdana menteri, Menteri Angkatan Darat, anggota Dewan Penasihat Perang, dan Menteri Bea Cukai.

Dia memiliki resume atau portofolio yang bagus. Itulah sebabnya, ketika Perdana Menteri John Curtin meninggal pada Juli 1945 karena penyakit jantung, dia mengambil alih 'kemudi' dan menjadi Perdana Menteri Australia.

Namun, Partai Buruh punya ide lain. Mereka tidak ingin menjadikan Frank sebagai perdana menteri permanen. Karena itu, partai memilih Ben Chifley untuk mengisi posisi perdana menteri.

Frank Forde menjabat sebagai PM Australia dari 6 sampai 13 Juli 1945 dan menjadi perdana menteri ke-15 Australia dengan waktu terpendek menjabat.