Liputan6.com, Arlington: Amerika Serikat nampaknya mulai kehilangan kesabaran. Upaya menggalang dukungan untuk menyerang Irak--khususnya mendongkel Saddam Hussein dari kursi kepresidenan lantaran dituduh memiliki senjata kimia pemusnah massal--terganjal keberatan sejumlah negara, termasuk Jerman, Prancis, Rusia dan Cina. Seolah tidak peduli dengan keberatan tersebut, Kamis (5/9) malam, 12 pesawat tempur AS dan Inggris menggempur Pusat Komando Pertahanan Utama Irak di sebelah barat Baghdad. Serangan yang diklaim Deputi Direktur Operasi Staf Gabungan Militer AS Brigadir Jenderal John Rosa sebagai gempuran terbesar AS dan Sekutu terhadap Irak itu tak menimbulkan korban jiwa. Namun, bom merusak sejumlah fasilitas militer penting di kawasan Irak barat itu.
Menurut Rosa, serangan tersebut hanya sebagai balasan karena pesawat AS ditembaki dari darat. Insiden terjadi ketika pesawat tempur AS tengah berpatroli dalam rangka menegakkan zona larangan terbang di Irak. Sementara kalangan militer Inggris mengatakan, Pusat Komando Pertahanan Utama Irak adalah sasaran penting karena masuk dalam rencana operasi militer Sekutu.
Serangan tersebut adalah yang kesekian kalinya dilancarkan AS terhadap Irak. Media massa Inggris BBC menyebutkan, selama 2002, AS telah menyerang Irak dari udara lebih dari 30 kali. Pada hari yang sama, AS juga menyerang sasaran-sasaran sipil di Distrik Rutba, Provinsi Anbar. Namun, tak ada korban jiwa. Akhir bulan silam, pesawat tempur AS dan Inggris menyerang instalasi sipil di Basra, Irak Selatan, sekitar 549 kilometer dari Baghdad. Akibatnya, delapan warga sipil tewas, sembilan luka-luka dan sejumlah bangunan rata dengan tanah [baca: AS-Inggris Menyerang Irak, Delapan Tewas].
Sejauh ini, belum ada pernyataan Irak menanggapi penyerangan tersebut. Sementara AS juga masih terus berupaya menggalang dukungan. Pada pertemuan anggota Kongres AS di Federal Hall New York, Jumat (6/9), sejumlah massa berunjuk rasa. Mereka memprotes rencana AS menyerang Irak karena hanya akan menambah jumlah korban dan menghancurkan fasilitas umum.(SID/Nlg)
Menurut Rosa, serangan tersebut hanya sebagai balasan karena pesawat AS ditembaki dari darat. Insiden terjadi ketika pesawat tempur AS tengah berpatroli dalam rangka menegakkan zona larangan terbang di Irak. Sementara kalangan militer Inggris mengatakan, Pusat Komando Pertahanan Utama Irak adalah sasaran penting karena masuk dalam rencana operasi militer Sekutu.
Serangan tersebut adalah yang kesekian kalinya dilancarkan AS terhadap Irak. Media massa Inggris BBC menyebutkan, selama 2002, AS telah menyerang Irak dari udara lebih dari 30 kali. Pada hari yang sama, AS juga menyerang sasaran-sasaran sipil di Distrik Rutba, Provinsi Anbar. Namun, tak ada korban jiwa. Akhir bulan silam, pesawat tempur AS dan Inggris menyerang instalasi sipil di Basra, Irak Selatan, sekitar 549 kilometer dari Baghdad. Akibatnya, delapan warga sipil tewas, sembilan luka-luka dan sejumlah bangunan rata dengan tanah [baca: AS-Inggris Menyerang Irak, Delapan Tewas].
Sejauh ini, belum ada pernyataan Irak menanggapi penyerangan tersebut. Sementara AS juga masih terus berupaya menggalang dukungan. Pada pertemuan anggota Kongres AS di Federal Hall New York, Jumat (6/9), sejumlah massa berunjuk rasa. Mereka memprotes rencana AS menyerang Irak karena hanya akan menambah jumlah korban dan menghancurkan fasilitas umum.(SID/Nlg)