Liputan6.com, Jakarta - Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi meledakkan rompi bom bunuh diri ketika digerebek pasukan khusus Amerika Serikat di Desa Bashira, Provinsi Idlib, sebelah utara Suriah pekan lalu. Presiden AS Donald Trump kemudian mengumumkan kematian Baghdadi.
Ia mengatakan, sisa-sisa jasad al-Baghdadi sudah dibuang ke laut dan ISIS mengakui kematian pemimpin mereka sekaligus mengumumkan nama penggantinya.
Trump mengatakan Baghdadi sempat menangis, merintih, dan meraung sesaat sebelum dia meledakkan diri, membawa mati kedua anaknya. Namun para pejabat militer AS menolak membenarkan keterangan Trump itu.
Advertisement
Baghdadi sudah berkali-kali dilaporkan tewas. Kematiannya kali ini pun menimbulkan keraguan.
"Dia sudah berada di ujung terowongan ketika anjing kami mengejarnya," kata Trump dalam pengumumannya.
"Dia menyalakan rompi bomnya, menewaskan dirinya dan tiga anaknya. Jasadnya tercerai-berai akibat ledakan itu.
"Penjahat yang selalu menakut-nakuti orang itu menghabiskan saat-saat terakhirnya dalam ketakutan, sangat panik karena pasukan Amerika akan melumpuhkannya."
Trump bahkan memberikan gambaran lebih detil tentang deru helikopter militer Amerika di gurun itu dan pasukannya yang meledakkan dinding kompleks persembunyian Baghdadi.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:SaksiSaksi
Seperti Film, Tapi...
Trump yang mengaku melihat operasi militer di Ruang Situasi Gedung Putih itu mengatakan saat itu dia seolah tengah menyaksikan sebuah film.
Namun para pejabat AS mengatakan tidak ada suara dalam cuplikan operasi penggerebekan yang disaksikan Trump di Ruang Situasi. Begitu juga tidak ada kamera di dalam terowongan Baghdadi yang terhubung langsung ke Ruang Situasi.
Laman the New York Times melaporkan, pasukan AS dalam penggerebekan itu bisa saja dipasangi kamera di tubuhnya tapi cuplikan rekaman video itu belum diserahkan ke Gedung Putih ketika Trump mengumumkan kematian Baghdadi.
Menteri Pertahanan AS Mark Esper tidak mendukung pernyataan Trump soal detil kematian Baghdadi ketika diwawancara stasiun televisi ABC Minggu pagi.
"Saya tidak punya informasi-informasi itu," kata Esper soal Trump yang menyebut Baghdadi menangis, merintih sebelum dia meledakkan diri. "Mungkin presiden berkesempatan berbicara dengan komandan di lapangan."
Advertisement
Rusia Meragukan
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov Jumat lalu mengatakan pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi yang dilaporkan sudah tewas adalah ciptaan Amerika Serikat.
Lavrov menuturkan kepada portal berita Russia-24, Rusia ingin mengetahui informasi lebih banyak soal pembunuhan Baghdadi.
"Semuanya diumumkan dengan gegap gempita, tapi militer kami masih mempelajari fakta-fakta tambahan dan mereka belum bisa memastikan kebenaran apa yang dikatakan AS," ujar Lavrov, seperti dilansir laman Middle East Monitor, Minggu (3/11).
Menurut Lavrov, ISIS muncul setelah invasi AS ke Irak pada 2003 dan pembebasan sejumlah ekstremis dari penjara oleh AS.
"Maka dalam batas tertentu, Amerika membinasakan orang yang mereka ciptakan, jika memang benar begitu."
Meski Trump menuturkan Baghdadi sempat menangis merintih sebelum dia meledakkan diri, Moskow mengatakan tidak ada bukti kuat yang membuktikan penggerebekan itu terjadi, terutama sejauh ini tidak ada serangan udara dari AS atau pasukan koalisi internasional di Provinsi Idlib baru-baru ini seperti yang disebutkan.
"Kami tidak tahu soal dugaan bantuan untuk pesawat AS melintasi wilayah udara di zona larangan perang Idlib dalam operasi ini," kata Mayor Jenderal Igor Konashenkov kepada kantor berita RIA.
Irak dan Suriah Tak Percaya
Mahmud Said, seorang imam masjid di Mosul, Irak, masih ingat ketika pada suatu hari Baghdadi datang ke kota itu dikelilingi para pengawalnya dan mengumumkan dimulainya kekhalifahan dari Masjid al-Nuri.
"Kami tidak memilih dia," kata Said.
Hingga kabar kematiannya, Said dan teman-temannya masih membahas soal apakah Baghdadi sebenarnya ciptaan Amerika.
Ketika ditanya siapa Baghdadi, Said menjawab: "Kami tidak tahu--tanya Amerika. Tanyalah Donald Trump."
Warga Mosul lainnya, Marwa Khalid, yang sedang mengasuh putranya berusia lima tahun, Muhaiman, merasa senang atas kabar kematian Baghdadi. Suaminya, seorang polisi tewas dibunuh ISIS.
"Saya senang tapi tidak yakin dengan berita itu. Kami tidak melihat mayatnya. Kami tidak melihat apa-apa."
Media radio, NPR, menghubungi seorang pekerja kemanusiaan Suriah yang punya kontak dengan para tahanan di kamp penampungan keluarga bekas anggota ISIS di al-Hol, timur laut Suriah. Mereka mengetahui kabar kematian Baghdadi lewat ponsel yang diselundupkan ke kamp.
"Kami semua prajurit Baghdadi, tapi jihad tak pernah berhenti," kata seorang perempuan Irak. "Dan tidak ada bukti dia sudah mati. Kami mendengar beritanya. Sudah sering berita semacam itu. Sebagai pejuang kami yakin jika benar Baghdadi mati, kekhalifahan tidak akan berakhir."
Advertisement
Skenario Amerika?
Presiden Suriah, Basyar al-Assad meragukan pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait kematian pemimpin ISIS, Abu Bakar Al Baghdadi. Trump mengumumkan melalui siaran langsung terbunuhnya Baghdadi pada Minggu (27/10).
Assad mengingatkan, serangan pasukan khusus AS yang dipublikasikan secara luas yang disebut membunuh Baghdadi, menyisakan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban dan tidak boleh langsung ditelan mentah-mentah. Hal ini disampaikan Assad selama wawancara panjang dengan media pemerintah pada Kamis (31/10), dilansir dari Russia Today, Jumat (1/11).
Assad menyatakan Damaskus tak terlibat dalam penyerangan tersebut. Dia mendengar klaim Trump dari pemberitaan media soal keterlibatan beberapa negara dalam operasi itu, termasuk Suriah.
"Kami tidak ada hubungannya dengan operasi itu. Tidak ada komunikasi antara kami dan pejabat Amerika. Selain itu, kami tidak dapat memastikan apakah dia (Baghdadi) benar-benar tersingkir atau tidak," jelasnya.
Rekaman udara berlangsungnya operasi juga tak meyakinkan Assad apakah operasi itu benar-benar terjadi atau tidak. Dia curiga operasi penyerangan Baghdadi mirip dengan pembunuhan pimpinan Al Qaidah Usamah Bin Ladin pada 2011.
"Kenapa jasad Baghdadi tak ditunjukkan? Ini skenario yang sama seperti Bin Ladin. Jika mereka menggunakan dalih yang berbeda untuk tidak menunjukkan jasad, mari kita ingat bagaimana Presiden Saddam Hussein ditangkap dan bagaimana seluruh operasi ditunjukkan dari A sampai Z; mereka menunjukkan gambar dan klip video setelah mereka menangkapnya," jelasnya.
Assad menambahkan, pembunuhan putra Saddam Husein juga didokumentasikan dengan baik dan dipublikasikan secara luas, menduga Amerika menyembunyikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pembunuhan Baghdadi maupun Bin Ladin dengan motif tertentu.
Menurutnya, pemikiran Islam radikal dan Baghdadi hanyalah alat AS selama ini, alat tersebut itu dapat dengan mudah dirancang ulang di tempat lain.
Saya percaya semua yang berhubungan dengan operasi ini adalah tipuan. Baghdadi akan diciptakan kembali dengan nama yang berbeda, individu yang berbeda, atau ISIS secara keseluruhan dapat direproduksi sesuai kebutuhan dengan nama yang berbeda tetapi dengan pemikiran dan tujuan yang sama. Otak seluruh skenario itu sama, orang Amerika," pungkasnya.
Â
Reporter:Â Pandasurya Wijaya
Sumber: Merdeka.com