Liputan6.com, Jakarta - Dalam rangka perayaan hubungan diplomatik Indonesia dan Amerika Serikat, Kedutaan Besar AS menggelar pameran foto di Perpustakaan Nasional RI. Pameran tersebut dapat dikunjungi publik selama lima hari dari 5Â hingga 10 November 2019.
Sebagai bagian dari rangkaian acara tersebut, Kedutaan Besar AS juga mengadakan diskusi sejarah yang mengangkat tema peran Amerika Serikat pada sebelum dan awal kemerdekaan RI.
Acara tersebut diadakan di aula serbaguna Perpusnas lantai empat, tepat di seberang pameran foto pada Kamis (7/11/2019).
Advertisement
Baca Juga
Diskusi sejarah tersebut dibawakan Dr Baskara Tulus Wardaya, seorang sejarawan yang merupakan dosen program pascasarjana Sanata Dharma, Yogyakarta bersama dengan Asep Kambali, seorang sejarawan sekaligus pendiri Komunitas Historia Indonesia (KHI).
Â
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sejarah Hubungan Diplomatik AS dengan Indonesia
Setelah Indonesia merdeka, rakyat Amerika secara umum sangat bersimpati kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia.Â
Pada tahun 1946, sebanyak 217 awak kapal asal Indonesia ditahan di Texas karena menolak melayani sebagai awak untuk sebuah kapal Inggris - Belanda bernama Martin Behrman, yang memuat senjata dan amunisi. Namun, banyak orang Amerika yang memprotes penahanan mereka dan menuntun supaya mereka segera dibebaskan.Â
Bahkan pada 1947, anggota Kongres Frank R. Havenner mengirim surat ke Presiden Truman yang berisikan petisi dari sekitar 5.000 orang yang meminta awak kapal Indonesia dibebaskan.
Pada 1948, terjadi Peristiwa Madiun di mana anggota staff dalam pemerintahan Presiden Truman dibohongi Belanda perihal Sukarno yang dituduh sebagai seorang komunis.
Pada 1949, Merle Cochran ditunjuk sebagai Duta Besar Amerika yang pertama untuk Republik Indonesia, menandai dimulainya hubungan bilateral antara AS dan Indonesia secara resmi. Sedangkan pada Februari 1950, Ali Sastroamidjojo ditunjuk sebagai Duta Besar pertama Indonesia untuk Amerika Serikat.
Adapun perundingan Renville yang dilaksanakan pada 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga Negara (KTN), Committee of Good Offices for Indonesia, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan Belgia. Perjanjian ini bertujuan untukmenyelesaikan perselisihan atas Perjanjian Linggarjati tahun 1946. Perjanjian ini berisi batas antara wilayah Indonesia dengan Belanda yang disebut Garis Van Mook.
Kemudian pada 16 Oktober 1950, perjanjian kerja sama ekonomi antara kedua negara ditandatangani di Jakarta.
Setelah itu, Sukarno terlihat beberapa kali melakukan kunjungan ke Amerika Serikat. Menurut para sejarawan, kunjungan Soekarno ke Negeri Paman Sam menimbulkan inspirasi untuk membuat bangunan bersejarah, salah satunya Monas.
Advertisement