Sukses

PBB: Perjalanan Menuju Kesetaraan Perempuan Masih Panjang

Pejabat PBB mengatakan bahwa perjuangan untuk mencapai kesetaraan perempuan masih sangatlah panjang.

Liputan6.com, Mexico City - Pejabat tinggi PBB urusan kesetaraan gender, Selasa (5/11), mengatakan masih banyak yang harus dilakukan untuk melawan diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, yang masih ada di setiap bagian dunia.

Pada saat bersamaan Direktur Eksekutif UN Women Phumzile Mlambo-Ngcuka secara hati-hati menunjukkan optimisme menjelang peringatan 25 tahun konferensi yang mengadopsi satu-satunya platform internasional untuk mencapai hak-hak dan pemberdayaan perempuan.

Dilansir dari VOA Indonesia, Jumat (8/11/2019), platform setebal 150 halaman itu diadopsi oleh 189 negara dalam konferensi perempuan di Beijing pada 1995.

Mlambo-Ngcuka mengatakan pihaknya mendorong negara-negara di seluruh belahan dunia untuk menciptakan "mesin gender" termasuk undang-undang dan badan pemerintah khusus yang didedikasikan untuk mengatasi isu tersebut.

"Tetapi kami belum melangkah cukup jauh dan walhasil, saat ini belum ada satu negara pun yang telah mencapai kesetaraan gender," ujarnya.

Memerangi kekerasan terhadap perempuan "tampaknya diabaikan," tambahnya. Hingga sebuah studi global yang dilakukan WHO pada 2013 menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga perempuan di seluruh dunia masih terkena dampak kekerasan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Perlu Keterlibatan Laki-Laki

Menurutnya laki-laki dan anak laki-laki perlu terlibat dalam pembicaraan untuk mengatasi masalah ini. "Anda membutuhkan kepemimpinan, pemimpin-pemimpin yang memimpin dari depan dan tidak mentolerir hal-hal itu," tegasnya, dan mengingatkan bahwa "dalam beberapa tahun terakhir ini kita telah melihat banyak upaya."

Mlambo-Ngcuka juga memuji gerakan #MeToo, dengan mengatakan ia berharap gerakan itu berlanjut dan menepis anggapan bahwa #MeToo telah mengorbankan laki-laki secara tidak adil. Ia mengatakan reaksi balik terhadap gerakan itu "hanya menunjukkan bahwa dunia belum memahami rasa sakit yang dialami perempuan."

"Tetapi ini bukan berarti tidak ada harapan,” ujarnya. “Kita belum kalah perjuangan ini. Ini memang sulit, tapi kita belum kalah!"