Sukses

Eks Presiden AS Jimmy Carter Berangsur Pulih Pasca-Operasi Otak

Mantan Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter, pada Selasa 12 November 2019 pagi waktu lokal, mulai menjalani pemulihan pascaoperasi otak Senin kemarin lusa.

Liputan6.com, Atlanta - Mantan Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter mulai menjalani pemulihan pascaoperasi pada Selasa 12 November 2019 pagi waktu lokal.

Operasi tersebut dilakukan untuk mengurangi tekanan pada otaknya yang disebabkan oleh hematoma subdural, kata Yayasan Carter Center dalam sebuah pernyataan, dikutip dari CBS News, Rabu (13/11/2019).

Carter Center mengatakan, "tidak ada komplikasi dari operasi," dan bahwa sang presiden diperkirakan  tetap dirawat di Rumah Sakit Universitas Emory di Atlanta "untuk observasi."

Jimmy Carter dirawat di rumah sakit pada Senin malam waktu lokal untuk menjalani prosedur untuk meredakan tekanan pada otaknya yang disebabkan oleh pendarahan, kata The Carter Center dalam sebuah pernyataan lusa kemarin. Pendarahan itu disebabkan oleh jatuhnya Carter baru-baru ini, pernyataan itu menjelaskan.

"Presiden Carter beristirahat dengan nyaman, dan istrinya, Rosalynn, ada bersamanya," menurut pernyataan itu.

Seorang dokter yang tidak terlibat dalam operasi itu mengatakan bahwa lazimnya, prosedur yang dijalani Carter berjalan cepat.

"Pada dasarnya, mereka hanya mengebor lubang kecil di otak dan mengeringkan cairan yang menyebabkan tekanan," kata dr David Agus kepada CBS News, menambahkan bahwa pelaksanaanya berlangsung "sekitar satu jam saja selama di ruang operasi."

Pertengahan tahun ini, Jimmy Carter melampaui George HW Bush sebagai presiden AS yang paling lama hidup dalam sejarah. Pasutri Carter (Jimmy dan Rosalynn) baru-baru ini menjadi pasangan presiden yang paling lama menikah, melebihi George dan Barbara Bush, dengan usia pernikahan lebih dari 73 tahun.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Masalah Kesehatan Jimmy Carter

Jimmy Carter, 95 tahun, telah mengalami sejumlah masalah kesehatan dalam beberapa tahun terakhir.

Pada 2015, ia mengumumkan menderita kanker yang telah menyebar ke hati dan otaknya. Dia mundur dari tanggung jawab di The Carter Center, tetapi dia terus mengajar kelas-kelas sekolah Minggu di kota asalnya, Plains, Georgia. Ini adalah tradisi yang dia mulai di masa remajanya yang telah mendapatkan banyak pengikut.

Enam bulan kemudian, dia dirawat dengan obat imunoterapi baru dan dengan cepat pulih, mengumumkan bahwa penginderaan MRI tidak menunjukkan tanda-tanda kanker dan dia tidak memerlukan perawatan tambahan.

Namun pada Mei 2019, ia mengalami masalah kesehatan lain ketika jatuh yang menyebabkan pinggulnya patah.

Carter jatuh lagi pada Oktober 2019, dan dirawat di rumah sakit karena patah tulang panggul .

Insiden itu menyebabkan Carter memiliki mata hitam bengkak dan 14 jahitan --tetapi ia tetap menghadiri upacara pembukaan untuk pembangunan Habitat for Humanity di Nashville bersama dengan istrinya, Rosalynn, yang berusia 92 tahun. Kurang dari dua minggu kemudian, ia berkata berencana untuk kembali mengajar sekolah minggu.

Dalam kebaktian sekolah Minggu berikutnya, Carter memberi tahu para peserta bahwa dia "merasa tenang dengan kematian."

Setelah mengetahui tentang kankernya pada tahun 2015, dia mengatakan, "saya berasumsi, secara alami, bahwa saya akan mati dengan sangat cepat."

"Saya, tentu saja, berdoa tentang hal itu. Saya tidak meminta Tuhan untuk membiarkan saya hidup, tetapi saya hanya meminta Tuhan untuk memberi saya sikap yang tepat terhadap kematian. Dan saya menemukan bahwa saya benar-benar dan sepenuhnya merasa nyaman dengan kematian. Tidak masalah bagi saya apakah saya mati atau hidup," kata Presiden Carter.

"Sejak itu, saya benar-benar yakin bahwa iman Kristen saya mencakup keyakinan penuh akan kehidupan setelah mati. Jadi, saya akan hidup lagi setelah saya mati - Saya tidak tahu bentuk apa yang akan saya ambil, atau apa pun."