Liputan6.com, Jakarta - Kematian bisa menjadi hal yang sangat pribadi dan menyedihkan, tetapi juga bisa menjadi peristiwa yang sangat spiritual dan komunal. Bagaimana masyarakat memperlakukan orang meninggal adalah kerap menjadi hal menarik untuk diketahui.
Sebab prosesi tersebut bisa jadi berbeda-beda tergantung kebiasaan, agama, kehidupan sosial, hierarki, seni, teknologi, dan banyak faktor lainnya. Hal itu mengakibatkan timbulnya keragaman dalam tata cara mengebumikan orang yang sudah tiada.
Baca Juga
Berikut ini enam pemakaman tak biasa di dunia, Liputan6.com rangkum pada Kamis (14/11/2019):
Advertisement
Â
Reporter: Hugo Dimas
1. El Muerto Parao - Puerto Rico
El muerto parao, atau "orang mati berdiri," adalah tren alternatif baru di Puerto Riko.
Mengutiop Listverse, Alih-alih menggunakan peti mati tradisional yang terbuka, Marin Funeral Home akan membuat diorama yang mewakili kehidupan orang yang sudah meninggal, dengan centerpiece menggunakan jasad mereka sendiri. Â
Direktur Marin Funeral Home, Damaris Marin mengatakan bahwa ia telah mengembangkan sebuah metode pembalseman rahasia yang memungkinkannya membuat adegan rumit ini.Â
Untuk sementara, ada beberapa pertanyaan, apakah seluruh proses itu legal, tetapi akhirnya diputuskan bahwa tidak ada hukum yang dilanggar dengan menampilkan jasad-jasad seperti demikian.
Advertisement
2. Peti Fantasi - Ghana
Kematian bukan hanya waktu untuk berduka, tetapi juga momen mengenan kehidupan orang meninggal. Â
Di Ghana, mengutip dumblittleman.com, orang yang sudah meninggal dimakamkan di peti mati yang melambangkan kehidupan mereka.Â
Termasuk kepribadian dan status mereka di masyarakat - bahkan jika itu berarti dimakamkan di peti mati dalam berbagai gaya, misalnya berbentuk kaleng bir atau pesawat terbang.
3. Ma’nene - Sulawesi Selatan, Indonesia
Suku Toraja adalah orang Indonesia asli yang suka mengambil jasad anggota keluarga mereka yang meninggal, setiap tiga tahun dan mengarak mereka di sekitar kota. Â
Listverse menyebutkan, hal itu dilakuan sebagai cara untuk menghormati mendiang.
Ritual Ma'nene dilakukan dengan menggali kembali jasad orang yang dicintai, mengganti baju, membersihkan, dan bercengkerama bersama.
Selain mengenakan pakaian baru ke jasad, anggota keluarga akan merawat tubuhnya dengan menjadikannya mumi. Hal itu untuk memastikan bahwa mereka bertahan selama mungkin.
Advertisement
4. Pemakaman Burung Bangkai - Zoroastrian
Rupanya, orang Zoroaster di Mumbai, India tidak perlu rencana pemakaman.Â
Sebagai bagian dari budaya, seperti dikutip dari dumblittleman.com, mereka meninggalkan mayat mereka di "dakhma" atau "Tower of Silence". Di sana jasad mereka akan dimakan oleh burung nasar.
Mereka percaya bahwa jasad itu menjadi sumber kekotoran batin yang dapat mencemari unsur-unsur suci di Bumi. Oleh karena itu, mereka harus dikonsumsi oleh burung nasar.
5. Pemakaman Menjadi Manik-manik - Korea Selatan
Jika Anda memilih untuk kremasi, beberapa memungkinkan Anda untuk mengambil abu dan meletakkannya dalam wadah seperti liontin. Di Korea Selatan, mereka melakukannya secara berbeda.Â
Alih-alih menjaga abu seperti pada umumnya, seperti diberitakan dumblittleman.com, mereka mengompres abu orang mati menjadi manik-manik seperti permata.Â
Manik-manik itu kemudian disimpan dalam stoples, bahkan digunakan sebagai dekorasi rumah.
Advertisement
6. Ngaben - Bali, Indonesia
Ngaben adalah ritual rumit yang dilakukan di Bali, untuk membersihkan roh orang yang sudah meninggal dan membantu membimbing mereka ke kehidupan setelah kematian.
Mirip dengan banyak budaya lain, listverse menyebutkan bahwa Ngaben adalah perayaan kehidupan daripada duka kematian, karena kematian dipandang sebagai waktu ketika seseorang dapat pindah ke kehidupan setelah mati sebelum bereinkarnasi.Â
Sebelum Ngaben dimulai, tubuh diletakkan dalam sebuah bale delod, kamar tidur kecil, sementara keluarga menjalani kehidupan seperti biasa, bertindak seolah-olah orang itu hanya tidur.Â
Jenazah tersebut kemudian dimakamkan di lokasi sementara, sebuah kuil kecil yang disebut pura dalem, hingga keluarga menggelar upacara. Ketika waktu itu tiba, peti mati ditempatkan di menara berwarna indah dan detail yang bisa setinggi 9 meter (30 kaki). Â
Sebuah prosesi pemakaman kemudian diadakan, dan menara dibawa ke tempat kremasi, diangkut oleh para pemuda yang berputar dan berjalan dengan cara yang tidak menentu sehingga jiwa tidak dapat menemukan jalannya kembali.
Jasad tersebutb kemudian ditempatkan dalam sarkofagus berbentuk banteng, kemudian dibakar. Abunya lalu dikumpulkan dan disebarkan ke laut untuk membersihkan jiwanya.