Liputan6.com, Venesia - Venesia si Ratu Adriatic masih setia menyajikan keindahan bagi siapapun yang berkunjung ke sana. Bercerita tentang masa lalu kota terapung di timur laut Italia, lewat bangunan tua, lorong berliku, maupun ratusan jembatan batu yang tetap terjaga selama berabad-abad. Â
Venesia, terdiri dari 118 pulau dengan 400 jembatan sebagai penghubung. Tanpa kendaraan bermotor. Hanya ada dua pilihan untuk menyusuri sudut-sudut Venesia: jalan kaki atau naik perahu.Â
Lelah bukan pilihan tepat di tempat ini. Sebab, setiap langkah selalu berarti.
Advertisement
Pemandangan yang tersaji membuat kaki terasa ringan dan waktu bergulir lebih cepat di Venesia.Â
St Mark's Square atau dikenal juga dengan sebutan Piazza San Marco adalah, wajah Ratu Adriatic. Lapangan yang dibangun pada tahun 800-an ini menjadi lokasi favorit bagi wisatawan. Dikelilingi bangunan bersejarah seperti gereja St Mark Basilica lengkap dengan menara lonceng yang legendaris, Doge's Palace, dan Procuratie Vecchie, San Marco dulunya merupakan pusat pemerintahan Venice.Â
Namun Venesia bukan hanya lantai berbatu. Kanal-kanal yang membelah pulau juga punya senandung. Mengalun merdu lewat ayunan perahu-perahu dan gondola di bawah lorong Jembatan Rialto. Menghapus lelah puluhan orang yang menyeberang di atas tembok batu.  Â
Keindahan Venesia memang memikat. Sampai-sampai novelis ternama abad ke-20, Ernest Hemingway, dibuat tak berdaya. Setelah Perang Dunia kedua, mantan wartawan perang Amerika Serikat tersebut berluang kali ke sana. Menyusuri pulau demi pulau dan menjadi pelanggan setia Harry's Bar.
Saat mengunjungi Venesia, 7 November lalu, Liputan6.com menyempatkan diri mengintip bar yang telah berdiri sejak 1931 itu. Lokasinya tidak jauh dari dermaga kedatangan. Tepatnya berada di Calle Vallaresso 1323, Venice, atau bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 15 menit dari dermaga.
Posisi bar tepat berada ujung gang. Tidak menyolok. Hanya terdapat tulisan Harry's Bar di bagian pintu dan jendela dengan logo singa bersayap, warna kuning. Bila kurang teliti, pengunjung tidak sadar sudah melewati bar milik Giuseppe Cipriani itu.Â
Salah seorang bartender segera menghampiri sesaat pintu dibuka. "Silahkan duduk," ujarnya ramah.
Diapun membenarkan bahwa Harry's Bar merupakan tempat favorit Ernest Hemingway di masa lalu. "Ya ini dia. Hemingway salah seorang pelanggan di sini. Dia ke sini usai perang dunia kedua," katanya.
Interior bar sangat minimalis. Berbeda dengan bangunan-bangunan kuno di Venesia yang bergaya romawi kuno dan gothic, ruangan Harry's Bar dipenuhi meja dan kursi dari kayu. Tidak ada patung atau ukiran megah di dindingnya. Hiasan yang terpajang kebanyakan lukisan bertema Venesia.
Sepintas tidak terlihat jejak Ernest Hemingway di bar ini. "Dia sama seperti pengunjung lainnya. Kami juga tidak mengabadikan mereka yang datang ke sini," ujar pria paruh baya itu menjelaskan.
"Satu-satunya peninggalan Ernest Hemingway hanyalah foto bersama pemilik bar," katanya sembari menunjuk salah satu foto di dekat pintu masuk.
Sejarah Harry's Bar
Menurut sejarah yang dilansir situs pemilik bar, Cipriani SA, Harry's Bar awalnya didirkan oleh seorang bartender Giuseppe Cipriani pada 1931.
Ikhwal nama Harry's Bar sendiri bermula dari kebangkrutan yang dialami oleh salah seorang pria asal Amerika Serikat, Harry Pickering yang menjadi pengunjung tetap Hotel Europa tempat Cipriani bekerja sebagai bartender. Suatu saat, dia berhenti mengunjungi hotel tersebut.
Cipriani lalu bertanya kenapa. Pickering menjawab kalau keluarganya telah berhenti mengirim uang karena kebiasaan mabuk-mabukannya. Cipriani iba lalu meminjamkannya uang 10 ribu lire. Dua tahun kemudian, Pickering kembali ke hotel itu dan memberikan uang 50 ribu lire kepada Pickering.
Uang inilah yang kemudian digunakan oleh Cipriani untuk membuka bar yang dinamakan Harry's Bar (Bar milik Harry-mengacu pada nama Harry Pickering).
Bar ini terus berkembang. Harry's Bar menjadi salah satu lokasi yang banyak disebut dalam salah satu novel Hemingway berjudul "Across the River and into the Trees". Veteran perang Kolonel Richard Cantwell yang menjadi tokoh utamanya, juga digambarkan sebagai pelanggan setia Harry's Bar.Â
Tidak hanya Ernest Hemingway yang menjadikannya sebagai tempat favorit saat menyambangi Venesia. Para pesohor seperti Charlie Chaplin hingga Alfred Hitchcock juga langganan Harry's Bar. Salah seorang novelis ternama asal Inggris, Evelyn Waugh bahkan secara khusus menyebut bar tersebut dalam salah satu mahakaryanya berjudul Brideshead Revisited.
Advertisement
Kesegaran Bellini Minuman Favorit Ernest Hemingway
Bellini menjadi salah satu menu andalan Harry's Bar yang disukai Hemingway. Minuman jenis cocktail ini terbuat dari campuran wine Italia Prosecco dan sari buah persik. Disajikan bersama setapak buah zaitun.
Saat Liputan6.com mencicipinya, bulir-bulir buah persik masih terasa saat minuman berada di mulut. Rasanya sedikit asam menyegarkan dengan sensasi pahit di akhir tegukan.
Kandungan alkohol yang terdapat pada Bellini membuat badan terasa ringan usai menenggak habis satu gelas berukuran kecil. Meski tidak otomatis menjadikan Anda menulis seandal Hemingway, minuman ini setidaknya menghadirkan pengalaman penulis The Old Man and the Sea itu saat menutup hari di Venesia.
Untuk satu gelas Bellini, Harrys Bar mematok harga sebesar 20 euro atau sekitar Rp 300 ribu. Selain di Venesia, Harry's Bar kini juga terdapat di New York, Amerika Serikat, dan Buenos Aires, Argentina.
Setelah tegukan terakhir Bellini di Harry's Bar, mungkin ada baiknya menghibur diri lewat kutipan terkenal Ernest Hemingway dalam bukunya Garden of Eden, "Happiness in intelligent people is the rarest thing I know (Yang saya tahu, kebahagiaan adalah hal paling langka bagi orang-orang berpendidikan)."Â
Jadi, jangan lupa untuk bahagia meskipun itu harus dibayar mahal!