Sukses

Bekas Tambang... 9 Situs Warisan Dunia UNESCO yang Ada di Indonesia

Berikut 9 situs warisan dunia UNESCO yang ada di Indonesia.

Liputan6.com, Magelang - Indonesia adalah salah satu tempat paling menakjubkan untuk dikunjungi di Asia Tenggara, menurut situs web lifeofdoing.com yang dikutip pada Minggu (17/11/2019).

Mulai dari petualangan luar ruangan (outdoor), candi, hingga lanskap yang masih alami, banyak objek wisata yang bisa membuat pelancong betah untuk menikmati pemandangan semacam ini.

Selain itu, beberapa tempat tersebut juga menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB).

Setidaknya, UNESCO telah menetapkan 9 Situs Warisan Dunia di Tanah Air kita, 5 situs budaya dan 4 situs alam. Berikut penjelasan singkatnya.

2 dari 10 halaman

1. Candi Borobudur

Candi Borobudur adalah candi peninggalan agama Buddha terbesar dari Abad ke-8 dan ke-9. Candi terkenal karena memiliki bentuk menyerupai piramida, namun dengan sejumlah stupa yang disusun dalam lingkaran konsentris.

Candi Borobudur juga dikelilingi oleh dinding yang diukir halus dengan banyak patung Buddha.

Lokasi: Megalang, Jawa Tengah

Jenis situs: budaya

Tahun pengukuhan: 1991

3 dari 10 halaman

2. Taman Nasional Komodo

Taman Nasional Komodo merupakan rumah bagi spesies unik kadal raksasa: komodo (Varanus komodoensis). Bentang alam dan vegetasinya menjadikan taman nasional ini banyak dikunjungi peneliti dan pelancong mancanegara.

Lokasi: Manggarai, Nusa Tenggara Timur

Jenis situs: alam

Luas: 219.322 hektar

Tahun pengukuhan: 1991

4 dari 10 halaman

3. Kompleks Candi Prambanan

Candi Prambanan adalah candi peniggalan agama Hindu besar yang dibangun pada Abad ke-10. Tiga candi utama yang berada di tengah kompleks didedikasikan untuk Dewa Siwa, Dewa Wisnu dan Dewa Brahma.

Selain itu, batu-batu yang menyusun candi terdapat ukiran yang menggambarkan certita Ramayana.

Lokasi: Sleman, Yogyakarta

Jenis situs: budaya

Tahun pengukuhan: 1991

5 dari 10 halaman

4. Taman Nasional Ujung Kulon

Terletak di ujung barat daya Pulau Jawa, taman nasional ini merupakan tempat perlindungan terakhir untuk beberapa spesies hewan yang terancam punah, salah satunya adalah badak bercula satu.

Selain itu, semenanjung Ujung Kulon dan pulau-pulau di sekitarnya pun menjadi bagian dari gunung berapi Anak Krakatau.

Lokasi: Banten (Jawa Barat) dan Lampung (Sumatra)

Jenis situs: alam

Luas: 78.525 hektar

Tahun pengukuhan: 1991

6 dari 10 halaman

5. Sangiran

Sangiran adalah situs arkeologi di Jawa Tengah. Menurut laporan UNESCO (1995): "Sangiran diakui oleh para ilmuwan sebagai salah satu situs paling penting di dunia untuk mempelajari fosil manusia, disejajarkan bersama situs Zhoukoudian (China), Willandra Lakes (Australia), Olduvai Gorge (Tanzania), dan Sterkfontein (Afrika Selatan).

Fitur penting dari situs ini adalah geologi daerah. Awalnya kubah terbentuk jutaan tahun yang lalu melalui kenaikan tektonik. Kubah itu kemudian terkikis yang mengekspos isi dalam kubah yang kaya akan catatan arkeologi.

Lokasi: Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Jawa Tengah

Jenis situs: budaya

Luas: 5.600 hektar

Tahun pengukuhan: 1996

7 dari 10 halaman

6. Taman Nasional Lorentz

Terletak di Papua, Taman Nasional Lorentz merupakan cagar alam terlindungi terbesar di Asia Tenggara. Dengan geografi, fauna, dan flora yang asli (endemik), taman nasional ini menjadi surga bagi keanekaragaman hayati.

Petualangan yang paling menantang adalah mendaki Carstensz Pyramid atau Puncak Jaya --salah satu dari Tujuh Puncak Tertinggi di Dunia atau Seven Summit-- gunung paling tinggi di Indonesia dengan ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Lokasi: Papua

Jenis situs: alam

Luas: 2.350.000 hektar

Tahun pengukuhan: 1999

8 dari 10 halaman

7. Warisan Hutan Hujan Tropis Sumatera

Ada tiga taman nasional di Sumatra yang ditetapkan UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia karena terancam punah sebagai hutan lindung dan spesies endemik, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.

Bukit Barisan Selatan dinyatakan sebagai Cagar Alam Suaka Margasatwa pada tahun 1935 dan menjadi Taman Nasional pada tahun 1982.

Pada awalnya ukuran taman adalah seluas 356.800 hektare. Namun, luas saat ini yang dihitung dengan menggunakan GIS kurang-lebih sebesar 324.000 hektar.

Ketiga situs ini telah terdaftar sebagai terancam punah sejak 2011 karena perburuan, pembalakan liar dan perambahan untuk proyek pertanian dan jalan.

Lokasi: Leuser (Aceh), Kerinci Seblat (Sumatra Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatra Selatan), Bukit Barisan Selatan (Lampung barat, Tanggamus, Bengkulu, Sumatra Selatan)

Jenis situs: alam

Luas: Leuser (1.094.692 hektar), Kerinci Seblat (13.750 km²), Bukit Barisan Selatan (324.000 hektar)

Tahun pengukuhan: 2004

9 dari 10 halaman

8. Sistem Subak di Bali

Subak adalah sistem irigasi tradisional untuk sawah yang digunakan masyarakat di Bali. Sistem ini dikembangkan pada Abad ke-9.

Bagi warga Pulau Dewata, irigasi tidak hanya menyediakan air untuk akar tanaman, tetapi juga membangun ekosistem buatan tetap hidup.

Sistem ini terdiri dari lima sawah bertingkat dan kuil air seluas hampir 20.000 hektar, termasuk Pura Ulun Danu Batan dan kanalnya.

Subak terbukti sangat efektif untuk bertani padi. Sementara itu, sistem irigasi ini adalah manifestasi dari konsep filosofi Tri Hita Karana, yang mengumpulkan dunia manusia, roh, dan alam.

Lokasi: Teras Sawah Jatiluwih dan Pura Ulun Danu Batan di Bedugul

Tipe situs: budaya

Luas: 19.520 hektar

Tahun pengukuhan: 2012

10 dari 10 halaman

9. Penambangan Batubara Ombilin di Sawahlunto

Sebagai situs UNESCO terbaru, Penambangan Batubara Ombilin terletak di Sawahlunto, Sumatra Barat. Saat ini merupakan tambang batubara tertua di Asia Tenggara.

Belanda memulai produksi batubara di Indonesia pada 1892, dengan mempekerjakan penduduk lokal dan tahanan dari daerah-daerah yang dikuasai Belanda.

Area ini dikembangkan sebagai lokasi penambangan utama untuk perdagangan dan ekspor, termasuk kereta api.

Anda dapat mengunjungi Museum Penambangan Batubara Ombilin untuk mempelajari sejarah perusahaan dan melihat alat penambangan yang digunakan selama era kolonial.

Pengunjung juga memiliki kesempatan untuk melihat bekas lokasi penambangan di mana bangunan asli masih berdiri, seperti terowongan Mbah Soero, perumahan untuk para pekerja, gedung pemerintah, dan lain-lain. 

Lokasi: Sawahlunto, Sumatra Barat

Tipe: budaya

Tahun pengukuhan: 2019