Liputan6.com, Venesia - Gondola dan Venesia tidak bisa dipisahkan. Perahu-perahu lancip dengan berbagai hiasan ini merupakan moda transportasi yang sudah berabad-abad lamanya digunakan warga di sana. Bedanya, saat ini, gondola lebih diperuntukkan bagi wisatawan yang ingin menelusuri kanal-kanal eksotik di Venesia.
Pendayung gondola sendiri dikenal dengan sebutan gondolier. Tugasnya mendayung dan mengendalikan gondola. Meski terkesan sederhana, pekerjaan ini ternyata tidak mudah. Terutama bila gondolier harus membawa perahu yang panjangnya mencapai 11 meter tersebut menikung di kanal berukuran sempit.
Liputan6.com yang berkesempatan menikmati moda transportasi tradisional warga Venesia itu, 7 November lalu, sempat melihat goresan di dinding kanal yang muncul akibat gesekan dengan gondola.
Advertisement
Baca Juga
Beruntung, Zakomo, gondolier yang menemani perjalanan kami dengan piawai mampu melewati setiap tikungan yang ada. Sebelum bermanuver dia tidak lupa mengingatkan agar penumpang jangan mengeluarkan tangan dari perahu karena khawatir bakal bergesekan dengan dinding kanal.
"Tolong tangan Anda jangan di pinggir," katanya saat mulai mengarahkan ujung gondola untuk menikung.
Perjalanan kami berawal dari dermaga Venesia. Gondola lalu melintas di bawah Bridge of Sighs, salah satu jembatan yang terkenal di kota Venesia. Rutenya berkeliling selama 30 menit sebelum kembali lagi ke lokasi awal, yakni di dermaga Venesia.
Seperti gondolier pada umumnya, Zakomo tinggi besar. Dia juga mengenakan baju garis-garis berwarna hitam-putih yang jadi ciri khas gondolier.
"Tidak harus hitam-putih, bisa warna lain tapi harus garis-garis," ujar Zakomo menjelaskan seragamnya.
Sudah dua tahun Zakomo menjadi pengemudi gondola. Profesi ini ternyata turun-temurun di keluarganya. Ayahnya dulu juga gondolier.
Tidak ada pekerjaan lain yang digelutinya. Sehari-hari Zakomo mangkal di dermaga Venesia bersama rekan-rekan gondolier lainnya. Meski bergabung dengan salah satu agen penyedia paket gondola di Venesia, Zakomo mengemudikan gondolanya sendiri.
"Ini gondola saya," katanya mantap. "Saya menghabiskan banyak uang untuk membangun gondola ini," kata pria pria berusia 28 tahun itu.
Hingga abad ke-17, gondola menjadi moda transportasi sehari-hari warga di Venise. Saat itu jumlah gondolier masih mencapai 1500 orang. Namun belakangan, angka ini menyusut. Saat ini, jumlah gondolier di Venesia kurang dari 500 orang.
"Saat ini tinggal 433 gondolier saja," kata Zakomo.
Tidak ada jam kerja khusus bagi Zakomo sebagai gondolier. Dia mengaku bisa menarik penumpang kapan saja dan berhenti kapanpun dia mau. Bila sedang ramai, sehari Zakomo bisa mendapatkan 3-4 trip. Namun saat musim dingin sudah tiba, Zakomo tidak jarang seharian tanpa satu penumpang pun.
"Hari ini sudah dapat tiga, sudah cukup," katanya.
Berkeliling Venesia dengan gondola sebenarnya tidak murah. Sebab per orang dikenakan tarif sebesar 31 euro atau hampir Rp500 ribu untuk perjalanan selama 30-35 menit. Dan harga ini tidak bisa ditawar lagi. Sementara satu gondola mampu mengangkut maksimal hingga enam penumpang sekali perjalanan.
Gondolier bukan sekedar pekerjaan untuk menyambung hidup. Bagi warga Venesia, profesi ini merupakan bagian dari tradisi yang membanggakan.
Tidak semua orang bisa menjadi gondolier. Sebab kemampuan mengemudikan perahu saja tidak cukup. Syarat utama menjadi gondolier haruslah warga lokal. Selain itu, gondolier juga harus memiliki lisensi.
"Saya baru dua tahun menjadi gondolier. Banyak ujian yang harus saya lewati untuk mendapatkan lisensi sebagai pendayung gondola," kata Zakomo.
Simak video pilihan berikut:
Menjadi Pendayung Gondola
Dikutip dari venicegondola.com, saat Venesia nasib negara sendiri, pengemudi perahu dibagi dalam dua bagian. Pengemudi perahu biasa disebut barcioli sementara pengemudi gondola disebut gondolieri.
Mereka kemudian membentuk serikat pekerja fraglia dei barcaioli. Pimpinannya disebut Gastaldo yang juga berperan sebagai pengawas. Namun seiring perkembangan moda transportasi air, maka dibentuklah unit kerja lain yang disebut bancai.
Perannya seperti polisi internal dan bertanggung jawab terhadap pemerintah kota. Namun belakangan, peran bancai mulai berubah dan lisensi bagi gondoliers hanya diterbitkan oleh pemerintah kota.
Lisensi yang sudah didapat bisa diwariskan dari ayah kepada anaknya. Namun banyak yang kemudian mendapatkannya dengan cara magang untuk menggantikan gondolier sepuh yang tidak punya anak atau tidak tertarik dengan pekerjaan ini.
Lisensi bakal kembali ke pemerintah kota saat gondolier meninggal dunia. Surat izin ini selanjutnya akan diberikan kepada pelamar pertama yang sudah dinyatakan lulus ujian kemampuan mendayung.
Menjadi gondolier pengganti, bukan pekerjaan mudah. Sebab pada awal-awal masa kerjanya, mereka ditempatkan di pinggiran yang sepi penumpang. Selain itu, gondolier pengganti juga harus menyerahkan sebagian besar keuntungan kepada janda gondolier lama sebagai sewa perahu.
Seiring kian eksklusifnya moda transportasi gondola, maka proses mendapatkan lisensi bagi gondolier pun semakin rumit. Untuk menjadi gondoliers profesional, warga harus masuk sekolah gondola.
Tidak lagi sekedar berlatih mengemudikan gondola, siswa juga belajar bahasa asing, sejarah dan seni Venesia. Setelah kursus calon gondoliers harus mengikuti ujian yang diadakan oleh Ente Gondola.
Setelah lulus, gondoliers masih harus magang selama 6-12 bulan. Selanjutnya mereka kembali melewati ujian praktek di hadapan 5 hakim gondoliers. Bila dinyatakan lulus, barulah berhak mendapat lisensi.
Gondolier Wanita
Profesi ini bukan untuk pria saja. Bahkan faktanya, gondolier pertama yang mendapatkan lisensi pada 2010 lalu adalah wanita bernama Giorgia Boscolo. Meski sempat ditentang gondoliers pria, Giorgia berhasil melewati semua ujian dan mewujudkan mimpinya menjadi gondolier seperti ayahnya.
Advertisement