Liputan6.com, Australia - Dua anggota parlemen Australia ditolak untuk berkunjung ke China atas kritik yang mereka lontarkan. Namun, mereka mengatakan tidak akan menarik kembali kritik mereka terhadap Negeri Tirai Bambu tersebut.
Andrew Hastie (DPR Australia) dan James Paterson (DPD atau Senat Australia) adalah pejabat pemerintah yang rencananya akan melakukan tur studi ke China bulan depan.
Namun, permohonan visa mereka untuk berkunjung ditolak, seperti dilansir bbc.com pada Senin (18/11/2019).
Advertisement
Kemudian, Kedutaan Besar China mengatakan mereka hanya bisa mengunjungi China jika mereka "sungguh-sungguh menyesali" kritik yang mereka lontarkan.
Sementara, Andrew Hastie dan James Paterson menolak permintaan dari Kedubes China tersebut.
Kedua politikus konservatif Australia tersebut sudah menjadi kritikus blak-blakan terhadap China. Keduanya menekankan pada catatan hak asasi manusia dan campur tangan China dalam politik Negeri Kangguru tersebut.
Sementara itu, politikus ketiga yang akan melakukan tur studi serta merupakan anggota parlemen Buruh, Matt Keogh belum ditolak visa kunjungannya.
Menuai Perdebatan
Terlepas dari itu ada perdebatan yang sedang berlangsung di Parlemen Negeri Kangguru.
Perdebatan tersebut membahas mengenai pengaruh China di Australia, dengan beberapa politikus Australia menuduh Negeri Tirai Bambu mencoba menyusup ke politik Australia melalui donasi.
Namun, beberapa yang lainnya percaya bahwa tuduhan itu memicu xenophobia dan bisa merusak hubungan antar kedua negara, Australia-China.
Sementara itu, pihak kedutaan China juga memberi komentar melalui sebuah pernyataan usai visa Andrew Hastie dan James Peterson ditolak. Juru bicara Kedubes China mengatakan pihaknya “tidak menyambut mereka yang melakukan serangan tak beralasan” terhadap Negeri Tirai Bambu.
"Selama orang-orang yang bersangkutan sungguh-sungguh menyesali dan memperbaiki kesalahan mereka, memandang Tiongkok dengan objektif dan alasan, menghormati sistem dan cara pembangunan China yang dipilih oleh rakyat China, pintu dialog dan pertukaran akan selalu tetap terbuka," kata pihak Kedubes China.
Sebagai tanggapan, Andrew Hastie mengatakan kepada media lokal, ia "kecewa tetapi tidak terkejut" bahwa ia telah ditolak masuk ke China.
"Senator James Paterson dan saya tidak akan menyesali, biarkan saya menjadi sangat jelas," Andrew Hastie.
"Kami tidak akan menyesali karena membela kedaulatan Australia, nilai-nilai kami, kepentingan kami, dan membela orang-orang yang tidak bisa membela diri mereka sendiri,” tutup Andrew Hastie.
Selain itu, James Paterson juga turut memberi komentar perihal penolakan visanya ke China.
“Tidak akan ada penyesalan. Saya terpilih untuk mewakili rakyat Australia - nilai-nilai mereka, keprihatinan mereka, kepentingan mereka. Saya tidak akan bertobat atas instruksi dari kekuatan asing,” pungkas James Paterson.
Advertisement
Kritik Politikus
Andrew Hastie, anggota parlemen untuk Canning di Australia Barat dan kepala komite keamanan parlemen, menulis sebuah opini pada Agustus yang diterbitkan di Sydney Morning Herald.
Dalam opini itu, ia membandingkan pendekatan Barat ke China dengan apa yang ia sebut kegagalan "bencana" untuk menahan Jerman Nazi.
"Seperti halnya Prancis, Australia telah gagal melihat seberapa gesit tetangga otoriter kita telah berubah," Andrew Hastie.
"Langkah kami selanjutnya dalam melindungi masa depan Australia adalah menerima dan beradaptasi dengan realitas perjuangan geopolitik di hadapan kami - asal-usulnya, gagasannya, dan implikasinya bagi kawasan Indo-Pasifik," tambah Andrew Hastie.
Tidak lama setelah artikel itu diterbitkan, kedutaan China di Australia mengatakan artikel itu mengkhianati "mentalitas Perang Dingin dan bias ideologis".
Terlepas dari itu, James Paterson juga mengkritik negara China. Ia mengangkat keprihatinan mengenai kekerasan di Hong Kong.
"Hong Kong adalah salah satu tempat paling menakjubkan di dunia dan apa yang terjadi di sana adalah tragedi absolut dan saya percaya Partai Komunis memikul tanggung jawab untuk itu," ujar James Paterson.
Ketegangan Hubungan Bilateral
Pemerintah Australia mengkritik China karena catatan hak asasi manusianya pada beberapa kesempatan di tahun ini. Secara khusus, anggota parlemen mengangkat dugaan penahanan massal komunitas Uighur di Xinjiang.
Pada Minggu, Menteri Luar Negeri, Marise Payne mengemukakan "keprihatinan yang kuat" mengenai laporan New York Times.
Dalam laporan itu mengatakan media tersebut memperoleh dokumen China yang bocor dengan merinci tindakan keras terhadap kelompok minoritas Muslim di Xinjiang.
"Kami secara konsisten menyerukan agar China menghentikan penahanan sewenang-wenang terhadap warga Uighur dan kelompok lainnya," kata Menteri Luar Negeri, Marise Payne dalam sebuah pernyataan.
Dilaporkan, hubungan diplomatik antara kedua negara sudah mengalami ketegangan dalam beberapa tahun terakhir.
Bahkan pada Senin, surat kabar Australia melaporkan bahwa program kerja sama hak asasi manusia telah ditangguhkan pada bulan Agustus lalu.
Reporter: Hugo Dimas
Advertisement