Liputan6.com, Beirut - Lembaga-lembaga keuangan di sejumlah bagian Beirut, Lebanon tempat demonstran berkemah tetap tutup pada pekan ini. Gambar kartun babi dengan mata uang dolar dicat pada dinding di samping grafiti yang menyerukan revolusi.
Di bagian lain kota, bank-bank dengan hati-hati buka kembali, setelah sebagian besar tutup selama lebih dari sebulan sejak demonstrasi anti-korupsi dimulai Oktober lalu. Demikian dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (22/11/2019).
Advertisement
Baca Juga
Demonstrasi massal di seluruh Lebanon memicu mundurnya Perdana Menteri Saad Hariri pada 29 Oktober lalu. Demonstrasi itu awalnya memprotes usul pajak baru, namun bergulir menjadi seruan bagi seluruh elit politik untuk mundur.
Sejumlah besar siswa SMA dan mahasiswa hari Jumat meninggalkan ruang-ruang kelas dan bergabung dengan demonstran anti-pemerintah.
Lebanon kini dililit korupsi dan menjadi salah satu negara dengan utang terbesar di dunia, dibanding perolehan GDP-nya.
Lebanon kini berada di ambang kehancuran finansial, menurut pakar ekonomi. Satu-satunya jalan keluar adalah membangun pemerintahan dan mengakhiri kekacauan. Tetapi pimpinan saat ini masih belum sepakat soal perdana menteri atau sesi sidang.
Demonstran menuding kekacauan disebabkan korupsi di antara politisi yang itu-itu saja, dan menyatakan demonstrasi akan berlanjut sampai semua mengundurkan diri dan digantikan oleh "teknokrat" yang tidak berpolitik.
Banyak karyawan yang pasrah gajinya dipotong separuh dibandingkan mereka kehilangan pekerjaan, bisnis sepi, dan bank membatasi jumlah uang yang bisa ditarik atau dikirim ke luar negeri.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Mundurnya PM Lebanon
Sebelumnya, Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri mengumumkan pengunduran dirinya pada Selasa 29 Oktober 2019 waktu setempat. Langkah itu diambil setelah dua minggu protes anti-pemerintah menuntut reformasi politik.
Dalam pidato yang disiarkan televisi, perdana menteri mengatakan aksi-aksi protes itu mendorongnya untuk mengajukan pengunduran dirinya kepada Presiden Michel Aoun. Ia mengatakan, telah "menemui jalan buntu."
"Saya ke istana presiden untuk menyampaikan pengunduran diri pemerintah. Ini sebagai tanggapan atas keinginan dan permintaan ribuan rakyat Libanon yang menuntut perubahan," kata PM Saad al-Hariri seperti dikutip dari VOA Indonesia, Rabu 30 Oktober 2019.
Pengunduran diri itu terjadi dua pekan setelah rakyat melancarkan gerakan protes yang sebagian besar damai, menuntut perombakan kelas politik yang dianggap korup dan tidak becus.
PM Hariri kemudian mendesak warga untuk melindungi ketenangan dan berupaya mencegah kesulitan ekonomi yang lebih besar.
Advertisement