Sukses

Takut Dieksekusi, Pria yang Mengaku sebagai Intel China Minta Suaka ke Australia

Seorang pria yang mengaku sebagai mata-mata Tiongkok telah mengajukan permohonan suaka di Australia, kata laporan media.

Liputan6.com, Sydney - Seorang pria yang mengaku sebagai mata-mata China telah mengajukan permohonan suaka di Australia, kata laporan media.

Wang "William" Liqiang dilaporkan memberi informasi kepada pihak berwenang tentang operasi di Hong Kong, Taiwan dan Australia, dengan mengatakan ia "secara pribadi terlibat" dalam pekerjaan spionase.

Wang sekarang berada di Sydney dan mengatakan dia takut akan dieksekusi jika dia kembali ke Tiongkok, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (24/11/2019).

Polisi di kota Shanghai, China mengatakan bahwa Wang adalah buron pengangguran yang didakwa atas tuduhan kasus penipuan.

Menteri Keuangan Australia Josh Frydenberg mengatakan kepada wartawan bahwa kasus Wang "ada di tangan lembaga penegak hukum yang tepat", dan menambahkan bahwa tuduhan yang ditujukan kepada pria China itu "sangat mengganggu".

Pemimpin oposisi dari Partai Buruh, Anthony Albanese, mengatakan pria China itu mungkin memiliki klaim suaka yang sah.

Seorang pejabat senior anonim mengatakan kepada lembaga penyiaran Australia ABC bahwa badan intelijen sekarang harus "memisahkan fakta dari fiksi " saat menyelidiki tuduhan Wang.

2 dari 3 halaman

Siapa Wang Liqiang?

Tuduhan luar biasa Wang pertama kali muncul di media Australia pada hari Sabtu 23 November 2019. Wawancara televisi lengkapnya akan disiarkan Minggu malam di program 60 Minutes.

Dia dilaporkan memberikan pernyataan setebal 17 halaman kepada Organisasi Intelijen Keamanan Australia (ASIO) pada Oktober 2019, merinci pekerjaannya serta nama-nama pejabat intelijen senior dan bagaimana mereka menjalankan operasi mereka.

Setelah merasa khawatir dengan pekerjaannya, Wang pergi ke Australia di mana istrinya belajar dan tinggal bersama putra mereka yang baru lahir. Dia sekarang berada di lokasi yang dirahasiakan di Sydney dengan visa turis dan telah mengajukan permohonan suaka, khawatir akan keselamatannya jika dia kembali ke Cina.

"Jika saya kembali, saya akan mati," katanya dalam sebuah klip wawancara 60 Minutes.

Namun, polisi Shanghai menggambarkan Wang dengan cara yang sangat berbeda.

Kepolisian Shanghai mengatakan, Wang, yang berusia 26 tahun dari provinsi timur Fujian, dinyatakan bersalah atas penipuan pada tahun 2016 dan dijatuhi hukuman penjara 15 bulan yang ditangguhkan.

Wang memasuki Hong Kong pada 10 April menggunakan paspor China palsu dan kartu residensi permanen Hong Kong, kata polisi.

Polisi Shanghai mengatakan mereka sedang menyelidiki kasus ini.

3 dari 3 halaman

Menyimpan Rahasia?

Wang Liqiang mengklaim pernah menginfiltrasi Taiwan dengan paspor Korea Selatan palsu untuk mempengaruhi pemilihan di sana.

Ia juga mengklaim bekerja dengan perusahaan terdaftar di Hong Kong yang mencoba untuk melawan gerakan pro-demokrasi di wilayah tersebut.

Menurut Sydney Morning Herald, Wang mengklaim secara pribadi terlibat dalam penculikan dan penahanan salah satu dari lima penjual buku di Hong Kong pada tahun 2015.

Pemerintah China ingin "membawa efek jera menyeluruh pada orang-orang itu," katanya kepada surat kabar itu.

China selalu membantah tuduhan menculik para lelaki itu. Badan-badan penegak hukum negara tidak memiliki yurisdiksi di Hong Kong.

Hong Kong adalah bagian dari China, tetapi bekas jajahan Inggris itu memiliki bentuk semi-otonomi dan kebebasan yang tak terlihat di Tiongkok daratan.

Video Terkini