Sukses

Ekspor Sampahnya ke Indonesia Cemari Makanan, Apa Tindakan Australia?

Australia berjanji untuk melarang sampah plastik, kertas bekas, ban serta kaca bekas dan menjadikan proses daur ulang yang bertanggungjawab sebagai prioritas.

Liputan6.com, Canberra - Pemerintah Australia berjanji untuk melarang sampah plastik, kertas bekas, ban serta kaca bekas dan menjadikan proses daur ulang yang bertanggungjawab sebagai prioritas.

Demikian pernyataan pihak Departemen Lingkungan Hidup dan Energi terkait dengan ekspor sampah dari Australia yang tercemari bahan limbah berbahaya, seperti dikutip dari ABC Indonesia, Minggu (24/11/2019).

Sampah impor dari berbagai negara termasuk Australia kembali jadi sorotan menyusul temuan telur ayam yang tercemari limbah berbahaya di dua desa di Sidoarjo, Jawa Timur.

The New York Times melaporkan, ayam-ayam itu memakan makanan di tanah yang tercemar zat polutan dioksin, menyusul aktivitas pembakaran limbah plastik oleh pabrik tahu lokal yang menggunakan sampah-sampah itu sebagai bahan bakar.

Sebuah LSM bernama International Pollutants Elimination Network (IPEN) merilis laporan mengenai telur ayam kampung di dekat pembuangan sampah yang terbukti tercemar dioksin dalam kadar sangat tinggi dari limbah sampah impor.

Dioksin merupakan polutan organik persisten yang secara ilmiah diidentifikasi sebagai "bahan kimiawi paling berbahaya dan beracun di muka bumi".

Bahan kimiawi ini telah dikaitkan dengan kelahiran cacat pada bayi serta penyakit Parkinson.

Menurut laporan IPEN, ekspor limbah plastik tidak hanya menghasilkan polusi di sekitar lokasi pembuangan di Jatim, tapi juga mencemari rantai makanan dalam "konsentrasi berbahaya."

LSM ini melakukan pengujian laboratorium pada telur ayam kampung di Desa Tropodo dan Bangun, yang merupakan kawasan pembuangan sampah plastik impor dari Amerika Serikat, Inggris, dan Australia.

Dirjen Bea Cukai Heru Pambudi menunjukkan kontainer berisi sampah plastik di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (18/9/2019). Bea Cukai bekerja sama dengan KLHK dan kepolisian memulangkan sembilan kontainer berisi 135 ton sampah plastik impor bercampur limbah B3 asal Australia. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Mereka menemukan kandungan dioksin dalam satu telur ayam 70 kali lebih tinggi daripada yang dapat ditoleransi menurut ketentuan Otoritas Keamanan Pangan Eropa.

"Itu artinya Anda tidak akan langsung jatuh sakit setelah makan telur tersebut," kata pakar toksilogi Dr Lee Bell, yang turut menulis laporan IPEN.

"Tapi jika Anda mengkonsumsi telur-telur itu selama periode tertentu, risiko Anda terkena kanker, gangguan endokrin, gangguan sistem kekebalan tubuh dan lainnya, meningkat secara dramatis," jelasnya kepada ABC.

Tingkat dioksin yang ditemukan dalam sampel telur ayam di Jatim itu menjadi salah satu yang terburuk di Asia.

Kontaminasi telur ayam terburuk ditemukan pada sampel telur dari Bien Hoa di Vietnam, yang sangat terkontaminasi oleh Agen Oranye yang digunakan militer AS selama perang.

Menurut data Biro Statistik Australia (ABS), Indonesia saat ini menjadi tempat pembuangan sampah kertas dan plastik Australia terbesar kedua sejak China melarang impor sampah tahun lalu.

Dirjen Bea Cukai Heru Pambudi menunjukkan kontainer berisi sampah plastik di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (18/9/2019). Bea Cukai bekerja sama dengan KLHK dan kepolisian memulangkan sembilan kontainer berisi 135 ton sampah plastik impor bercampur limbah B3 asal Australia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Laporan sejumlah LSM pada Juni lalu menyebutkan sampah plastik impor yang masuk ke Indonesia meningkat dua kali antara 2017 dan 2018.

Dan menurut ABS, Australia mengekspor 728 kiloton sampah selama periode Juli 2017 dan Juli 2019.

Meski tak gampang melacak sumber sampah plastik impor di Indonesia, namun menurut Dr Bell, pihaknya menemukan label "Made in Australia" di lokasi.

"Sangat jelas material itu yang datang dari negara seperti Australia, berakhir di lahan Indonesia, baik dengan cara dibakar di tempat terbuka atau dikirim ke pembakaran," katanya.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Asap yang Mencekik

Tumpukan sampah plastik yang tak lagi bisa didaurulang karena berbagai faktor termasuk karena tercemari limbah, biasanya kemudian dijual ke pabrik pembuatan tahu untuk dijadikan bahan bakar.

Seorang warga Tropodo bernama Anam yang dihubungi ABC menjelaskan bahwa pabrik-pabrik tersebut mengandalkan plastik sebagai bahan bakar meskipun ada risiko kesehatan.

Lebih dari 40 pabrik tahu berada di desa tersebut dan merupakan sumber mata pencaharian warga.

Menurut Anam, mereka menggunakan sampah plastik sebagai bahan bakar sejak tahun 1996 karena lebih hemat biaya.

"Plastik itu mudah terbakar. Warga juga melihat bahwa apinya jauh lebih panas dibandingkan dengan kayu. Hanya saja memang polusinya hampir tak tertahankan," katanya.

"Asapnya mencekik pernafasan. Di siang hari saya takut keluar karena ada 10 pabrik di dekat rumahku," kata Anam kepada ABC.

Dia mengungkapkan bahwa laporan soal telur terkontaminasi dioksin itu telah beredar di desanya. Namun, katanya, kekhawatitan utama mereka adalah asap hitam dari pembakaran plastik.

Dirjen Bea Cukai Heru Pambudi menunjukkan sampah plastik di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (18/9/2019). Bea Cukai bekerja sama dengan KLHK dan kepolisian memulangkan sembilan kontainer berisi 135 ton sampah plastik impor bercampur limbah B3 asal Australia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

"Aku sering makan telur dari sekitar sini. Saya baik-baik saja untuk saat ini. Tapi siapa tahu apa yang akan terjadi 20 tahun kemudian?" katanya.

"Bisa saja kami beralih ke kayu, tetapi biayanya akan sangat besar, keuntungan kami akan berkurang setengahnya," tambah Anam lagi.

Awal pekan ini, Bupati Sidoarjo Saiful Illah mengakui adanya pabrik-pabrik tahu yang menggunakan plastik sebagai bahan bakar. Tapi dia menolak klaim adanya telur kontaminasi bahan beracun.

"Sudah bertahun-tahun berjalan dan semua orang baik-baik saja. Semua orang di sini makan telur," katanya kepada media setempat.

Dalam pernyataannya ke ABC, Rosa Vivien Ratnawati, pejabat dari Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup RI, mengatakan pembakaran plastik secara terbuka merupakan pelanggaran.

Ratnawati menjelaskan bahwa DPR juga telah mengambil "langkah konkret" dengan membuat peraturan yang lebih ketat.

Petugas Bea Cukai serta polisi menunjukkan kontainer berisi sampah plastik di Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (18/9/2019). Bea Cukai bekerja sama dengan KLHK dan kepolisian memulangkan sembilan kontainer berisi 135 ton sampah plastik impor bercampur limbah B3 asal Australia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara itu Departemen Lingkungan dan Energi Australia dalam sebuah pernyataan menegaskan pihaknya akan "melarang ekspor sampah plastik, dengan kertas, ban dan kaca bekas".

"Australia memiliki UU yang ketat mengenai ekspor bahan berbahaya atau terkontaminasi, termasuk bahan daur ulang," katanya.

"Jika perusahaan ditemukan melanggar peraturan ini, maka akan diambil tindakan yang tepat," tambahnya.

ABC menghubungi Menteri Kehutanan dan LH RI serta Menteri LH dan Energi Australia namun tidak direspons hingga berita ini diturunkan.

"Pemerintah sering berkunjung ke lapangan dan berkoordinasi dengan Pemda setempat untuk mendidik masyarakat," kata pernyataan itu.

Dia menambahkan bahwa pihaknya "tidak akan mentolerir sampah-sampah impor."

Pemerintah Indonesia pada awal 2019 berjanji mengembalikan 428 kontainer sampah plastik dan kertas yang terkontaminasi ke negara asalnya.