Liputan6.com, Jakarta - Hari itu, 25 November 1998, tepat 21 tahun lalu, Perdana Menteri Turki Mesut Yilmaz diturunkan Dewan Perwakilan Rakyat Turki atas dugaan kasus korupsi. Yilmaz diduga kuat terlibat dengan mafia dalam penjualan bank negara senilai US$ 600 juta.
Seperti dimuat BBC, dalam sebuah voting yang digelar DPR, mayoritas sepakat untuk menyatakan mosi tidak percaya terhadap pemerintahan Turki. Sebanyak 214 dari 314 suara menyatakan PM Turki dan kabinetnya harus mundur.
Baca Juga
PM Yilmaz membantah keras tudingan tersebut. Dan menegaskan hal ini merupakan permainan dari lawan politiknya karena dirinya begitu gencar membasmi mafia. Dia menegaskan tengah berjuang memberantas mafia korupsi, sehingga tudingan ia bersekongkol dengan mafia adalah tidak benar.
Advertisement
Yilmaz yang baru menjabat selama 17 bulan itu pun memperingatkan bahwa kondisi ekonomi Turki akan memburuk jika pemerintahan sekarang dijatuhkan. Saat itu Turki tengah didera inflasi yang tinggi hingga 62% dan utang negara yang makin membengkak.
"Kita sedang berusaha memperbaiki ini semua, dan membasmi geng-geng mafia. Jika pemerintahan ini diturunkan, maka para mafia tertawa."
Tapi seruan Yilmaz tersebut tak digubris. DPR tetap memutuskan Yilmaz dan kabinetnya harus diturunkan. Ini merupakan penggulingan pemerintahan yang keempat kalinya terjadi di Turki.
Â
Terbukti Tak Bersalah
Setelah kabinet Yilmaz dibubarkan, Turki pun mengalami krisis politik selama enam pekan. Sementara politikus oposisi tengah berjuang membentuk kabinet koalisi dan pada akhirnya berhasil membentuk pemerintahan baru di bawah pimpinan Bulent Ecevit, yang sebelumnya pernah menjadi perdana menteri. Ecevit melanjutkan pemerintahan hingga 2002.
Pada 2002, digelar pemilu. Partai Keadilan dan Pembangunan yang dipimpin Recep Tayyip Erdogan meraih kursi terbanyak dan otomasi Erdogan terpilih sebagai Perdana Menteri baru Turki.
Sementara itu, Mantan PM Yilmaz akhirnya didakwa oleh penuntut umum di pengadilan atas kasus korupsi. Meski demikian, pada akhirnya Yilmaz dinyatakan tidak bersalah oleh Mahkamah Agung pada 2006. Setahun kemudian, setelah sempat pensiun dari gelanggang politik, Yilmaz terpilih menjadi anggota parlemen.
Pada tanggal yang sama pada 2009, Jeddah mengalami banjir besar. Hujan yang melanda salah satu bagian Arab Saudi selama musim haji itu mengakibatkan 3 ribu mobil hanyut dan 122 orang tewas, sementara 350 orang lainnya hilang. Sedangkan pada 25 November 2015 tercatat sebagai momen kunjungan resmi pertama Paus Fransiskus ke Afrika.
Advertisement