Sukses

Kubu Pro-Beijing Kalah Pemilu Hong Kong, Carrie Lam Akan Merenung

Carrie Lam legowo pada hasil pemilu Hong Kong.

Liputan6.com, Hong Kong - Kubu pro-demokrasi berhasil menang besar di pemilu distrik Hong Kong yang berlangsung Minggu, 24 November 2019. Sebanyak 385 dari 452 kursi dewan distrik berhasil disapu bersih oleh oposisi pemerintah.

Di lain pihak, kubu petahana yang pro-Beijing menderita kekalahan besar dan hanya berhasil mendapatkan 59 kursi. Padahal pada pemilu empat tahun lalu kubu pro-Beijing mendominasi pemilu distrik.

Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam yang disebut sebagai pro-Beijing, mengaku menerima hasil tersebut. Ia senang karena proses politik berhasil berjalan damai, serta berjanji akan merenungkan hasil ini.

"Ada banyak analisis dan intepretasi yang mengatakan hasil ini mencerminkan ketidakpuasan publik dengan keadaan saat ini dan adanya masalah mendalam di masyarakat," ujar Carrie Lam seperti dikutip The Straits Times, Senin (25/11/2019).

"(Pemerintah akan) mendengarkan opini-opini dari kalangan publik dengan rendah hati dan merenung secara serius," lanjutnya.

Hasil pemilu distrik ini juga mengejutkan bagi kubu pemerintah Hong Kong, pasalnya mereka meyakini pemilu ini akan membuktikan bahwa pemerintah lebih populer daripada kubu pro-demokrasi yang berbulan-bulan protes.

"Langit dan bumi sudah terbalik," ujar Junius Ho, politikus pro-Beijing yang kalah di pemilu ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Pesta Pora Kubu Pro-Demokrasi

Kubu pro-demokrasi bersuka cita atas kemenangan mereka. Botol-botol sampanye dikeluarkan dan teriakan "Bebaskan Hong kong. Revolusi Sekarang" terus digemakan pihak pemenang.

"Ini adalah kekuatan demokrasi. Ini adalah tsunami demokrasi," ucap Tommy Cheung seperti dikutip Reuters. Cheung adalah mantan pemimpin protes mahasiswa yang juga memenangkan pemilu di distrik Yuen Long.

Kubu anti-Beijing yang mendapat kursi di pemilu ini terdiri atas beberapa afiliasi politik, mulai dari Partai Demokrat, Partai Civic, Neo Demokrat, Partai Buruh, dan Power for Democracy.

Anggota dewan distrik yang terpilih sebetulnya tidak memiliki kekuatan politik, namun kemenangan kubu pro-demokrasi juga dipandang sebagai pembuktian bahwa rakyat Hong Kong pro terhadap pergerakan protes.

"Saya percaya hasil ini adalah karena banyak pemilih yang berharap untuk memakai pemilihan ini dan suara mereka untuk mendukung pergeraka ini, dan lima tuntutan mereka, dan ketidakpuasan mereka terhadap pemerintah Hong Kong," ujar Lester Shum yang juga pernah memimpin gerakan mahasiswa.

Lima tuntutan yang ia maksud adalah penarikan sepenuhnya RUU ekstradisi, pemeriksaan kekerasan yang dilakukan polisi, menarik penyebutan pengunjuk rasa sebagai perusuh, amnesti bagi pengunjuk rasa yang ditahan, dan pemilihan umum bagi Dewan Legislatif dan Kepala Eksekutif.

3 dari 3 halaman

Komunitas Internasional Melihat Situasi

Kabar gembira lain muncul bagi tokoh demokrasi Hong Kong, Joshua Wong. Pria 23 tahun itu dilarang untuk ikut pemilu distrik, namun penggantinya justru menang, yakni Kelvin Lam.

Joshua Wong pun sudah menunjukan bahwa kubu oposisi sedang menang. Komunitas internasional pun diminta memerhatikan ini.

"Ini bersejarah. Hasil awal menunjukan kemenangan besar bagi kubu oposisi. Warga Hong Kong sudah berbicara denagn lantang dan jelas. Komunitas internasional harus mengakui bahwa hampir dalam enam bulan, opini publik tidak menentang pergerakan ini," ujar Joshua via Twitter. 

Joshua Wong pun me-retweet berbagai ucapan selamat dari politisi Amerika Serikat (AS). Ucapan datang dari Partai Demokrat maupun Republik. 

"Selamat kepada kandidat baru Dewan Distrik di Hong Kong yang memenangkan pemilu hari Minggu. Hasil ini adalah bukti: rakyat Hong Kong ingin suara bagi masa depan mereka. Generasi selanjutnya dari kota itu seharusnya menginspirasi kita untuk terus berjuang," ujar Senator Marco Rubio dari Partai Republik.

Ucapan selamat juga datang dari Senator Elizabeth Warren yang sedang berkampanye menjadi capres AS. Senator Warren meminta pihak China menghormati hasil demokrasi yang terjadi. 

"Selama berbulan-bulan, rakyat Hong Kong telah turun ke jalan untuk memperjuangkan hak mereka. Akhir pekan ini, mereka pergi ke lokasi pencoblosan dan mengirimkan pesan kuat bahwa mereka ingin menjaga demokrasi mereka, dan Beijing harus menghormati itu," ujar Warren.Â