Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membuka dialog bersama para wanita Afghanistan dengan tema The Role of Women in Building and Sustaining Peace: Women as Agent of Peace and Prosperity. Ia menekankan bahwa proses perdamaian dan kesejahteraan suatu negara akan sulit terjadi tanpa partisipasi wanita.
Dalam pidato pembukaan, Retno Marsudi mengatakan bahwa wanita Afghanistan merupakan aktor penting dalam membuka peluang perdamaian di negara tersebut. Kehadiran perempuan sebagai mediator dan negosiator juga amat penting. Indonesia pun siap untuk mendampingi wanita Afghanistan dalam memaksimalkan perannya menyuarakan perdamaian.
Advertisement
Baca Juga
"Indonesia ingin berontribusi pada tugas terhormat itu. Melalui dialog ini, Indonseia ingin menyimak dari sudut pandang kalian mengenai keadaan dan tantangan di sekitar isu perempuan di Afghanistan. Indonesia ada di sini untuk kalian, siap untuk mendengarkan," ujar Retno Marsudi di Jakarta, Jumat (29/11/2019).
Ia menyebut Indonesia memiliki pengalaman unik terkait urusan wanita, sehingga bersama-sama kedua negara diharapkan bisa melahirkan sebuah solusi jangka panjang terkait perdamaian Afghanistan.
Retno pun mencontohkan beberapa capaian Indonesia pada bidang kewanitaan, seperti Megawati Soekarnoputri sebagai presiden wanita pertama, lalu putrinya Puan Maharani sebagai ketua DPR wanita pertama, dan juga Retno sebagai Menlu pertempuan pertama.
"Untuk pertama kalinya Ketua DPR kita adalah politikus wanita. Menteri keuangan kami juga seorang perempuan, dan saya sendiri adalah menlu perempuan pertama di Indonesia," ucap Retno.
Dialog tersebut juga dihadiri Plt. Menteri Informasi dan Kebudayaan Afghanistan Hasina Safi dan aktivis perdamaian Yenny Wahid.
Retno berkata amat penting untuk mengembangkan rasa perdamaian dan toleransi. Faktor budaya perdamaian itulah yang dinilai Retno penting dalam mencekal terjadinya kekerasan. Hal itu bisa dicapai dengan pendidikan yang dimulai dari rumah. Wanita pun berperan dalam menanamkan nilai-nilai tersebut ke anak-anak.
Retno juga mendorong adanya affirmative action ke kehidupan wanita di Afghanistan maupun Indonesia, salah satunya dalam pemberdayaan ekonomi. Ia menekankan bahwa perdamaian bisa dicapai suatu negara jika mau berinvestasi pada pemberdayaan perempuan.
"Jika kita ingin berinvestasi pada perdamaian, maka kita harus berinvestasi pada wanita," tegas Retno.
Turut hadir di pertemuan itu adalah Plt. Menteri Informasi dan Kebudayaan Afghanistan Hasina Safi. Ia menyebut situasi Afghanistan kini sudah berkembang pesat di bidang pendidikan dan makin banyak perempuan yang muncul di berbagai sektor pekerjaan.
"Kita memiliki banyak dokter wanita, kita memiliki banyak insinyur wanita, kita punya jurnalis perempuan, kita punya wanita di media, kita punya pembuat film wanita, jadi di banyak isu kita sangatlah bagus," ujar Hasina.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kembali Kunjungi Afganistan
Retno pun membagikan empat elemen penting yang bisa mengoptimalkan peran wanita di dalam masyarakat, yakni pendidikan, dukungan keluarga, dukungan masyarakat, dan dukungan pemerintah lewat tindakan dan kebijakan afirmatif.
"Pendidikan akan membantu kita memahami hak dan kewajiban, dan pendidikan itu juga akan mengempower cara pandang dan pikir kita," ujar Retno.
Terkait dukungan keluarga, Retno mengambil contoh dari kasus yang ia alami sendiri, yakni mendapat dukungan dari suaminya yang seorang arsitek, dan dari kedua putranya yang kini tinggal di Singapura dan Inggris.
Menurut Retno amat penting bagi wanita untuk menyadari pentingnya pola pikir women empower other women, akan tetapi ia berharap kaum pria dan wanita bisa kompak mendukung pemberdayaan wanita.
"Saya mengatakan bahwa dukungan kaum pria juga penting, tetapi kita sebagai perempuan kita juga harus aktif meng-empower other women," jelas Retno.
Ia pun berharap dialog dengan wanita Afganistan ini tidak akan selesai di sini. Menlu Retno berjanji akan mengunjungi Afganistan di awal tahun 2020 sebagai bentuk follow up hasil diskusi ini secara riil.
Advertisement