Liputan6.com, Australia - Badan Meteorologi Australia menyatakan negeri Kanguru tengah mengalami musim semi terkering dalam 120 tahun terakhir. Musim semi 2019 juga menjadi rekor musim semi terpanas kelima di Australia.
Dalam rangkuman laporan iklim musim seminya, badan tersebut memaparkan bahwa sebagian besar wilayah Australia mengalami curah hujan di bawah rata-rata dan beberapa stasiun perekaman cuaca, yang ada di seluruh negara tersebut, mencatat musim semi terkering dalam sepanjang sejarah Australia.
Suhu tertinggi di Australia mencapai 47,1 derajat Celsius, yang tercatat pada pertengahan November di Australia Barat.
Advertisement
"Curah hujan pada musim semi di sebagian besar wilayah Australia jauh di bawah rata-rata, dan secara keseluruhan ini merupakan rekor musim semi terkering yang pernah dialami Australia," tulis laporan tersebut.
"Curah hujan rendah berkepanjangan dan tidak normal yang dialami wilayah Australia bagian timur terus berdampak signifikan terhadap masyarakat dan lingkungan," lanjut laporan itu, seperti dikutip dari Xinhua, Selasa (3/12/2019).
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Musim Kebakaran Hutan Terburuk
Rekor kondisi panas dan kering memberikan dampak yang sangat parah terhadap banyak komunitas pertanian pedesaan khususnya terkait masalah pasokan air, dengan beberapa tempat nyaris kering sama sekali, dan memicu regulasi ketat untuk penggunaan air.
Pasokan air di Sydney turun hingga di bawah 50 persen pada tahun ini dan diperkirakan akan turun hingga di bawah 40 persen pada awal 2020, dengan Kepala Pemerintahan Negara Bagian New South Wales (NSW) Gladys Berejiklian mengumumkan kontrol air yang lebih ketat sebagai langkah pencegahan.
Kondisi tersebut juga membuat 2019 menjadi musim kebakaran hutan terburuk Australia sejauh ini, dengan api melalap lahan semak yang luas, lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
"Kondisi kering ekstrem dan suhu yang berada di atas rata-rata memicu peningkatan risiko kebakaran di seluruh wilayah New South Wales dan Queensland selama musim semi," ungkap laporan itu.
"Beberapa kebakaran besar dan berbahaya melanda kedua negara bagian tersebut sejak awal September, yang berujung pada hilangnya rumah dan nyawa manusia," sebut laporan itu.
Advertisement