Liputan6.com, Hong Kong - Tempat resepsi pernikahan telah dipesan, cincin pernikahan dibuat khusus dan belanja gaun pengantin telah dilakukan. Namun, May, seorang pendemo Hong Kong, harus menunda pernikahannya karena teman-temannya tidak setuju dia menikahi seorang polisi.
Demo yang sudah berjalan enam bulan di Hong Kong untuk memprotes kebebasan yang makin terkikis di bawah pemerintahan China, juga memecah belah penduduk kota itu. Demikian dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (4/12/2019).Â
Advertisement
Dalam beberapa kasus, perbedaan itu telah mengakibatkan pertengkaran antar saudara, teman, dan bahkan kekasih satu sama lain.
May, yang minta untuk diidentifikasi dengan nama samaran, adalah salah satu dari mereka yang mengalami bagaimana politik menjadi isu pribadi. Dan akibatnya, pernikahan May pada Februari terancam batal.
Polisi Hong Kong pernah dipuji sebagai contoh bagi pasukan Asia lainnya, tetapi kini telah menjadi target yang kuat bagi banyak demonstran pro-demokrasi.
Para demonstran menuduh polisi menggunakan kekuatan berlebihan.
Sejak demo dimulai, polisi telah menembakkan ribuan gas air mata, serta peluru karet dan semprotan merica.
Gambar viral di media sosial, polisi memukul pedemo dengan pentungan telah memicu kemarahan.
Polisi juga sesekali menggunakan peluru tajam, dengan tiga orang tertembak saat bentrokan. Tidak satu pun dari tembakan itu menyebabkan kematian, tetapi dua dari korban tembakan itu menderita luka serius.Â