Sukses

Burung Phoenix Merah Langka Terlihat Menikmati Salju di China

Burung phoenix merah asal China terlihat tengah menikmati salju.

Liputan6.com, Zhengzhou - Di China, ada seekor burung dengan warna kemilau merah dan bulu ekor yang panjang. Ia dikenal sebagai fire phoenix atau golden pheasant atau ayam pegar emas (Chrysolophus pictus) yang sulit ditemukan.

Warnanya yang glamor membuat burung ini dijuluki sebagai phoenix merah, salah satu dari empat binatang sakral dari China.

Meski punya warna dan reputasi cemerlang, burung ini ternyata pemalu dan sulit ditemukan di luar kebun binatang. Barulah pada awal Desember ini ada yang berhasil merekam kegiatan si phoenix merah di alam liar.

Dilansir Inkstone, Sabtu (7/12/2019), dua pejantan burung phoenix merah terlihat meluangkan waktu mereka menikmati hujan salju di Provinsi Henan, China. Sama seperti burung merak, warna cerah di burung ini justru hanya dimiliki si jantan.

Burung ini sebetulnya bisa terbang, tetapi kurang piawai melakukannya. Mereka pun lebih nyaman berada di daratan.

Burung phoenix merah asal China. Dok: Inkstone

Burung ini asli berasal dari China, meski sudah dibiakan di luar negeri, seperti Inggris. Di Indonesia pun keindahan burung ini sudah dikenal kalangan penggemar unggas di Indonesia.

Situs Beauty of Birds mencatat rata-rata burung phoenix merah ini berukuran hingga 100 cm dan bisa hidup sampai usia enam tahun, namun jika dipelihara dengan baik bisa mencapai 20 tahun.

Burung phoenix merah di kebun binatang juga kebanyakan sudah dikawinkan dengan burung pegar Lady Amherst, sehingga menghasilkan mutasi warna baru. Dan amat sulit mencari burung pegar emas yang warnanya masih natural.

Burung phoenix merah asal China sedang terbang. Dok: Inkstone

Pemerintah China sudah resmi melindungi burung ini masuk kategori Kelas II spesies yang dilindungi. Beberapa fauna China lain yang masuk kategori ini adalah panda merah dan pangolin China.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Menyongsong Pagi Berkawan Celoteh Burung di Hutan Harapan

Sementara itu di Indonesia, Hutan Harapan menjadi hutan dataran rendah yang tersisa di bagian selatan dan tengah Pulau Sumatera. Terkepung ancaman yang begitu massif, ternyata Hutan Harapan masih menyimpan beragam potensi ekowisata yang perlu dilestarikan.

Ditetapkan pada 2008, Hutan Harapan adalah kawasan restorasi ekosistem pertama di Indonesia. Hutan ini, dikelola PT Restorasi Eksosistem Indonesia (Reki) yang memiliki luas 98.555 hektare.

Tak hanya untuk penelitian, Hutan Harapan juga menawarkan ekowisata pengamatan burung atau birdwatching. Birdwatching menjadi ekowisata andalan yang ditawarkan di Hutan Harapan.

Kegiatan pengamatan burung itu dilakukan di alam bebas, bisa melalui alat bantu teropong atau hanya mendengarkan riuh celoteh burung endemik hutan dataran Sumatra.

"Ekowisata birdwatching ini sebagian besar untuk peneliti. Ekowisata di Hutan Harapan ini lebih ke peminat khusus wisatawan, jadi bukan seperti tempat wisata yang terbuka untuk umum," kata Plt Manajer Bisnis Hutan Harapan, Zelvin Naoval Hidayat kepada Liputan6.com, Jumat, 22 November 2019.

Ekowisata ini dapat dilakukan sepanjang tahun. Bagi wisatawan yang berminat, ada waktu terbaik untuk mengamati burung, yakni pagi hari saat fajar menyongsong.

Ekowisata birdwatching butuh kesabaran ekstra demi dapat mengamati aktivitas burung yang terbang dan hinggap di pepohonan. Sehingga, sebagian besar pengunjung yang datang adalah hanya wisatawan yang memiliki minat khusus.

"Tapi tidak jarang juga untuk ekowisata komersil. Mekanismenya sama minat khusus atau komersil kalau yang berminat bisa hubungi manajemen Hutan Harapan," ucapnya.

3 dari 3 halaman

307 Jenis Burung di Hutan Harapan

Selain itu, wisatawan juga bisa menikmati suasana jelajah dan menyusuri hutan tropis menuju spot pengamatan burung yang berada di tengah hutan. Untuk pengamatan burung, wisatawan harus membawa peralatan seperti teropong, buku panduan, kamera dan peralatan camping untuk bermalam di hutan.

Manajemen Hutan Harapan mencatat, di kawasan seluas 98.555 hektare yang membentang di satu lanskap antara Jambi hingga Sumatera Selatan, terdapat 307 jenis burung, baik yang statusnya langka atau yang masih aman. Namun tak semua burung mudah ditemukan.

Dari ratusan jenis burung yang terdapat di Hutan Harapan itu ada beragam burung eksotik seperti Raja udang atau Cucak kuning. Ditemukan pula berjenis-jenis elang. Dari semua itu, yang menjadi maskot Hutan Harapan adalah Rangkong Julang Emas (Rhyticeros undulatus).

Rangkong Julang Emas berdasarkan IUCN (International Union for Conservation of Nature) masuk kategori jenis satwa berisiko rendah seiring berkurangnya luasan hutan yang menjadi populasi burung eksotis tersebut.

Selain menjadi habitat sebanyak 307 jenis burung, ada pula 64 jenis mamalia, 123 jenis ikan, 55 jenis amfibi, 71 jenis reptil dan 917 jenis pepohonan.

Kemudian masih ditemukan spesies payung (Umbrella Species) yaitu Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), Tapir (Tapirus indicus) dan Beruang madu (Helarctos malayanus).

Di balik beragamnya jenis burung langka itu, ternyata kawasan Hutan Harapan termasuk salah satu wilayah hutan tropis Sumatera yang paling terancam di dunia. Ancaman nyata saat ini yang dihadapi Hutan Harapan adalah pembangunan jalan tambang yang akan menembus kawasan tersebut.

Kini, huta ini sangat butuh dorongan penyemalataman. Di kawasan Hutan Harapan itu ada nilai konservasi dan keanekaragaman hayati yang tinggi yang peru dilindungi.

Koalisi Anti-perusakan membuka petisi "Menolak jalan tambang di hutan dataran rendah yang tersisa di Sumsel dan Jambi" lewat laman change.org. Â