Sukses

Donald Trump Minta Bank Dunia Tak Lagi Beri Pinjaman ke China

Di balik tensi yang menegang antara kedua negara, kini Presiden Donal Trump kembali bersuara dan meminta pihak Bank Dunia untuk tidak lagi memberi pinjaman dana kepada China.

Liputan6.com, Washington D.C - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan secara tidak langsung kepada pihak Bank Dunia untuk tidak memberikan pinjaman dana kepada China pada Jumat 6 Desember. 

Hari itu tepat merupakan sehari setelah Bank Dunia merencanakan memberikan pinjaman kepada Beijing. 

Pada Kamis, 5 Desember 2019, pihak Bank Dunia telah memiliki rencana untuk memberikan pinjaman yang lebih besar kepada China, yang awalnya $1 juta atau sekitar Rp 13,7 M menjadi $1,5 juta atau sekitar Rp 21 M. 

Dikutip dari CNBC, Minggu (8/12/2019), pihak Bank Dunia akan memberikan pinjaman tersebut dengan bunga rendah. Pinjaman tersebut nyatanya lebih sedikit jika dibandingkan dengan pinjaman selama lima tahun terakhir yang rata-rata sebesar $1,8 juta atau Rp 25,2 M.  

Namun, lagi-lagi Presiden Donald Trump berkomentar tentang apa hal yang berkaitan dengan China. 

Dalam salah satu cuitan Twitternya, ia menuliskan: "Mengapa Bank Dunia harus meminjamkan uang kepada China? Apakah ini mungkin? China punya banyak uang, jika tidak mereka bisa menghasilkannya sendiri. Berhentilah!"

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Tanggapan Bank Dunia

Menanggapi hal tersebut, pihak Bank Dunia pun akhirnya turut berkomentar. 

"Pinjaman yang diberikan oleh Bank Dunia telah menurun secara tajam, dan akan terus berkurang seperti tertulis dalam perjanjian dengan semua pemegang saham termasuk AS," tulis pihak Bank Dunia dalam sebuah pernyataan kepada Reuters. 

Pihaknya menambahkan bahwa pinjaman pun akan berhenti jika negara tersebut semakin makmur. 

Di sisi lain, juru bicara Gedung Putih menolak untuk berkomentar lebih lanjut mengenai hal ini. 

Pinjaman yang diterima oleh China memang terus berkurang. Hal tersebut dapat dilihat dari pinjaman pada 2017 sebesar $ 2,4 juta atau sebesar Rp 33 M. 

Nampaknya, fakta tersebut tidak mengurangi argumen Trump yang berpendapat bahwa China sudah terlalu makmur untuk mendapat bantuan internasional.Â