Sukses

Virus Nipah Berpotensi Jadi Epidemi Serius di Asia Tenggara dan Selatan

Virus Nipah yang mematikan, dibawa oleh kelelawar dan menyebabkan wabah kepada manusia di Asia Selatan dan Tenggara.

Liputan6.com, Singapura - Virus Nipah yang mematikan, dibawa oleh kelelawar dan menyebabkan wabah kepada manusia di Asia Selatan dan Tenggara.

Virus ini memiliki 'potensi epidemi serius' seperti kata Pakar Kesehatan Global dan Penyakit Menular, seperti dilansir Channel News Asia, Senin (9/12/2019).

Richard Hatchett, Kepala Eksekutif Koalisi CEPI untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi mengatakan, "Dua puluh tahun telah berlalu sejak penemuannya, tetapi dunia masih belum cukup siap untuk mengatasi ancaman kesehatan global yang ditimbulkan oleh virus Nipah." 

Richard Hatchett adalah pemimpin sebuah Konferensi Nipah pekan ini di Singapura.

CEPI merupakan kemitraan antara para pakar penyakit, dan organisasi publik, swasta, filantropis, dan sipil, yang didirikan pada tahun 2017. CEPI didirikan guna mencoba mempercepat pengembangan vaksin terhadap penyakit menular yang baru muncul dan tidak diketahui sumbernya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 3 halaman

Nipah Menyebar dengan Mudah

Target penyakit pertama CEPI adalah Nipah, virus yang dibawa oleh beberapa jenis kelelawar dan babi. Virus tersebut juga dapat ditularkan langsung dari orang ke orang, atau melalui makanan yang terkontaminasi.

Dalam waktu dua tahun sejak pertama kali virus ini ditemukan, Nipah telah menyebar ke Bangladesh, dan memberi wabah sejak tahun 2001. Tak hanya itu, wabah Nipah pada 2018 di Kerala, India, juga telah menewaskan 17 orang.

"Wabah virus Nipah sejauh ini terbatas di Asia Selatan dan Tenggara, namun virus ini memiliki potensi epidemi yang serius, karena kelelawar buah Pteropus yang membawa virus ini ditemukan di seluruh daerah tropis dan sub-tropis, yang merupakan rumah bagi lebih dari dua miliar orang," kata Hatchett.

Ia mengatakan, Nipah juga dapat berpindah dari satu orang ke orang lainnya. Oleh karena itu, secara teori, Nipah juga dapat menyebar ke daerah-daerah padat penduduk.

3 dari 3 halaman

Konferensi Nipah di Singapura

Konferensi Nipah berlangsung selama dua hari. Konferensi pertama berfokus pada virus yang mematikan, dan diselenggarakan bersama oleh CEPI serta Sekolah Kedokteran Duke-NUS di Singapura.

"Saat ini tidak ada obat atau vaksin spesifik untuk infeksi virus Nipah, meskipun Organisasi Kesehatan Dunia telah mengidentifikasi penyakit itu sebagai penyakit prioritas," kata Wang Linfa, seorang profesor Duke NUS dan ketua bersama konferensi tersebut.

Dia berharap pertemuan itu akan merangsang para ahli untuk mencari cara bagaimana menemukan Nipah yang membawa virus tersebut.

 

Reporter: Deslita Krissanta Sibuea