Sukses

Pertama Kalinya Menteri Luar Negeri Guatemala Kunjungi Indonesia

Menteri Luar Negeri Guatemala melaksanakan kunjungan perdana ke Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri Republik Guatemala pertama kalinya datang ke Indonesia sejak kedua negara membangun hubungan diplomatik pada 1992. Menlu Guatemala yang datang ke Indonesia adalah Sarah Jovel yang menjabat sejak 2017.

Guatemala merupakan negara yang paling banyak penduduknya di Amerika Tengah dengan populasi 17 juta orang. Posisi negara ini sangat strategis, yaitu menjadi penghubung antara Meksiko dan negara-negara lain di daratan Karibia.

Menlu Retno Marsudi mengaku sudah beberapa kali bertemu Sarah Jovel di negara-negara sahabat maupun pertemuan internasional PBB. Pada kunjungan ini, Sarah Jovel akan menyaksikan pembukaan kantor diplomatik Guatemala di kawasan World Trade Center, Sudirman, Jakarta.

"Kedutaan besar Guatemala akan menjadi kedubes negara sahabat yang ke-106 di Jakarta dan yang ke-14 dari negara Amerika Latin dan Karibia.Kami sepakat memperkuat kerja sama natara kedua negara. Penandatanganan MoU mengenai konsultasi bilateral akan memfasilitasi komunikasi yang terstruktur antara kedua negara," ujar Menteri Retno di Kantor Kemenlu, Jakarta (10/12/2019).

Menlu Retno dan Sandra juga menandatangani MoU terkait penegasan hubungan bilateral antar kedua negara, kemudian berbicang sekitar 30 menit di Gedung Pancasila Kemenlu. Isu-isu yang jadi pembahasan adalah terkait visa diplomatik, hubungan bisnis, kelapa sawit, dan terkait perempuan.

Terkait visa, Retno berharap ada penyelesaian bebas visa bagi paspor diplomatis dan dinas. Menlu RI juga sudah menyampaikan soal bebas visa bagi seluruh pemegang paspor Indonesia. Selanjutnya, Retno membahas soal bisnis dan investasi antar kedua negara, sebab relasi ekonomi antar kedua negara pun masih perlu ditingkatkan.

Guatemala pun dirangkul agar bergabung ke forum bisnis Indonesia dan Amerika Latin-Karibia agar tercipta interaksi antara sektor bisnis kedua negara.

"Guatemala adalah mitra terbesar kedua Indonesia di Amerika tengah, namun kita tahu nilai perdagangan kita masih cukup kecil dan perlu terus ditingkatkan," ujar Retno.

"Kontak bisnis yang dibangun melalui pelaksanaan Indonesia-Latin America and Caribbean Business Forum (INALAC) yang sudah dilakukan tahun ini di Jakarta akan terus diperkuat. Dan saya mengundang pebisnis dari Guatemala untuk berpartisipasi dalam INALAC dan trade expo di Indonesia tahun depan," tegas Retno.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Kelapa Sawit

Guatemala juga merupakan negara penghasil minyak sawit seperti Indonesia. Menteri Retno pun diajak bergabung dengan Indonesia untuk melawan diskriminasi sawit di panggung internasional.

"Sebagai dua negara penghasil sawit kami sepata meningkatkan kerja sama utamanya dalam melawan diskriminasi kepada kelapa sawit. Saya mengundang Guatemala untuk bergabung menjadi anggota Council of Palm Oil Producing Countries atau CPOC," jelas Retno.

Isu terakhir yang keduanya bahas adalah terkait perempuan. Menteri Retno mengapresiasi fakta bahwa dirinya dan Menteri Jovel memiliki pemikiran yang sama terkait isu perempuan, yakni peran kaum hawa dalam keamanan, perdamaian, dan pembangunan negara.

Sarah Jovel pun menyambut positif ajakan kerja sama dari Menteri Retno. Salah satu hal yang ia sorot adalah terkait pentingnya visa dalam membangun relasi diplomatik.

"Hubungan bilateral bisa memperkuat dua negara ini. Seperti yang disampaikan sebelumnya, visa adalah hal yang sangat penting untuk menjalankan hubungan kedua negara antara kedua negara kita," ujar Jovel.