Sukses

Pidatonya Dianggap Provokatif, Aktivis Greta Thunberg Minta Maaf

Greta Thunberg berkata ada salah terjemahan dalam ucapannya.

Liputan6.com, Turin - Aktivis lingkungan Greta Thunberg (16) meminta maaf karena ucapannya ditafsirkan pada ajak kekerasan. Masalah muncul dari pidato Greta yang mengajak pendukungnya untuk mendorong politisi ke tembok (put them against the wall).

Gadis Swedia ini menyebut ada salah penerjemahan atas bahasa Swenglish (Swedia dan Inggris) yang ia pakai dalam pidatonya pada acara Fridays For Future di Turin, Italia.

"Kemarin, saya mengatakan pemimpin kita harus bertanggung jawab dan sayangnya saya berucap "put them against the wall". Itu adalah bahasa Swenglish: "att ställa någon mot väggen" (untuk mendorong seseorang ke tembok) yang berarti menuntut tanggung jawab seseorang," ujar Greta Thunberg via Twitter.

Ia mengaku hanya melakukan improvisasi dalam pidatonya. Greta juga menegaskan gerakan pelajar yang ia pimpin tidak mendukung kekerasan.

"Tetapi tentunya saya meminta maaf jika ada yang salah paham tentang ini," ucapnya.

Greta Thunberg baru saja terpilih menjadi Person of the Year versi Time. Ia memulai aktivisme lingkungan pada Agustus 2018 dengan cara berkemah di depan parlemen Swedia.

Perlahan, makin banyak warga Swedia yang simpati pada gerakannya. Di akhir tahun yang sama, puluhan ribu anak sekolah di Eropa mulai bolos sekolah untuk ikut unjuk rasa terhadap pengabaian pemimpin negara mereka pada isu lingkungan.

Keberanian Greta Thunberg membuatnya dijuluki sebagai sosok pahlawan Jeanne d'Arc oleh sastrawan Margaret Atwood. Kehadiran gadis ini dianggap penting untuk menyadarkan kondisi lingkungan yang kini semakin terancam sementara para politisi belum bertindak.

"Momen Thunberg datang saat realita sains yang genting bertabrakan dengan ketidakpastian politik global. Tiap tahun, kita membuang lebih banyak karbon ke atmosfer, planet tumbuh menuju titik yang tak bisa berbalik lagi di mana kehidupan di bumi yang kita kenal akan berubah," tulis Time.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Donald Trump Ledek Greta

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terdengar tak terima dengan terpilihnya Greta Thunberg. Ia pun memakai platform favoritnya, Twitter, untuk melancarkan ledekan kepada aktivis 16 tahun itu. 

Dilansir dari VOA Indonesia, Trump menyebut Greta memiliki masalah dalam mengendalikan amarahnya.

“Sangat konyol. Greta harus mengatasi persoalan amarahnya,” tulis Trump pada akun Twitternya, dan menambahkan bahwa dia, “harus pergi menonton film klasik bersama teman! Santai Greta, santai.”

Kritik terhadap seorang anak kecil oleh Presiden Amerika sangat tidak biasa, dan itu terjadi sehari setelah Thunberg diberi gelar Time’s Person of the Year for 2019. Sebelumnya Trump adalah kandidat untuk gelar tersebut tahun ini.

Komentar Trump kemudian mendapat perhatian dan tanggapan tersirat dari Greta Thunberg.

Anak berusia 16 tahun itu merespon cuitan Trump dengan mengganti bio Twitternya menjadi: “Seorang remaja yang berkutat dengan masalah amarahnya. Saat ini sedang bersantai dan menonton film klasik bersama teman.”

Balasan terhadap kritik yang disampaikan Trump untuk Thunberg terjadi sangat cepat di media sosial. Banyak pengguna Twitter yang menuduh Trump melakukan perundungan atau bullying. Meski begitu ada juga yang mendukung Trump.

Greta Thunberg adalah orang termuda yang memenangkan penghargaan paling bergengsi dari majalah Time setelah ia menjadi aktivis lingkungan paling menonjol di seluruh dunia dengan cepat.

Pemimpin redaksi Edward Felsenthal membuat pengumuman tersebut hari Rabu ketika tampil di acara NBC Today.

3 dari 3 halaman

Greta dan Autisme

Greta Thunberg sebetulnya menyandang sebua bentuk autisme, yaitu sindrom Asperger. Dan ia pun tidak malu mengakuinya, bahkan menyebut hal itu sebagai kekuatan super. 

Menurut situs Austism.org.uk, penderita Asperger memiliki kesulitan dalam berkomunikasi. Penyandang kondisi ini bisa memiliki kecerdasan rata-rata atau di atas rata-rata. 

Kondisi ini menyebabkan seseorang sulit berkomunikasi, kesulitan mengontrol ekspresi wajah, sulit memahami lelucon serta konsep-konsep abstrak.

Mereka yang punya kondisi ini pun tetap berpenampilan selayaknya orang pada umumnya. Jika tak memahami kondisi ini, anak kecil malah dikira nakal, sementara orang dewasa akan menganggap diri mereka disalahpahami.

Asperger tidak bisa disembuhkan. Di Inggris satu dari 10 orang menyandang kondisi ini. Untuk mendiagnosisi kondisi asperger maka diperlukan bantuan profesional.

Kritikan Trump kepada Thunberg sendiri dianggap seksis dan ableist oleh media The Guardian dan Vox. Ableist yakni ketika seseorang mendiskriminasi orang lain berdasarkan disabilitas. Namun belum jelas apakah Donald Trump mengetahui kondisi mental Thunberg.