Liputan6.com, Washington D.C - Boeing mengatakan pada Senin, 16 Desember 2019 bahwa pihaknya akan menghentikan sementara produksi 737 MAX yang diterbangkan secara global bulan depan. Alasannya karena regulator keselamatan menunda kembalinya pesawat ke langit setelah dua kecelakaan.
Penghentian produksi Boeing 737 MAX ini merupakan yang pertama kalinya dalam dua dekade.
Keputusan itu mengukuhkan kekhawatiran investor bahwa pemulihan perusahaan dari krisis berlarut-larut, menciptakan lebih banyak ketidakpastian bagi Boeing daripada yang diantisipasi para eksekutif.
Advertisement
Krisis Boeing sejak Maret telah membebani ekonomi AS, menekan output manufaktur Amerika, perdagangan dan penjualan barang tahan lama juga merusak kinerja perusahaan pada Wall Street dan Dow Jones Industrial Average.
Dalam sebuah pernyataan, perusahaan raksasa pembuat pesawat Amerika Serikat itu mengatakan akan terus membayar pekerjanya meskipun terjadi penghentian produksi sementara. Kendati demikian keputusan itu menimbulkan pertanyaan di masa depan, terhadap pemasok suku cadang yang berkontribusi pada pembuatan jet.
"Kami sebelumnya telah menyatakan akan terus mengevaluasi rencana produksi MAX jika lebih lama dari yang kami harapkan," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
"Sebagai hasil dari evaluasi yang sedang berlangsung ini, kami telah memutuskan untuk memprioritaskan pengiriman pesawat yang disimpan, dan untuk sementara menangguhkan produksi pada program 737 yang dimulai bulan depan," jelas pihak Boeing seperti dikutip dari Channel News Asia, Selasa (17/12/2019).
Meskipun Boeing 737 MAX telah mendarat di seluruh dunia sejak Maret setelah kecelakaan mematikan di Indonesia dan Ethiopia, yang menewaskan 346 orang, perusahaan tersebut terus memproduksi 40 pesawat per bulan di sebuah fasilitas Renton, Washington.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Dampak Penghentian Produksi
Keputusan untuk menghentikan produksi akan memiliki dampak langsung yang kecil pada maskapai yang mengalami penghentian pengiriman sebelumnya. Kendati demikian hal itu memicu banyak pembatalan penerbangan atau perusahaan layanantan transportasi udara itu harus menyewa penggantinya.
Hal itu juga sebagai pertanda krisis Boeing kian dalam, membuat jet terlaris yang mendarat di seluruh dunia, diteliti catatan keselamatannya. Sementara di sisi lain, pelanggan mendesak untuk kompensasi dan hubungannya dengan Federal Aviation Administration (FAA) berada di bawah tekanan.
Pekan lalu, regulator penerbangan AS itu mengeluarkan teguran tajam yang luar biasa bagi perusahaan itu, menuduhnya mengejar jadwal "tidak realistis" untuk kembalinya MAX ke layanan dan membuat pernyataan publik yang dimaksudkan untuk memberi tekanan pada otoritas federal.
Administrasi Penerbangan Federal itu juga mengatakan pada Rabu 18 Desember bahwa mereka tidak dapat menyetujui jet itu beroperasi kembali sebelum 2020, meskipun Boeing telah lama mengatakan berencana untuk memberikan lampu hijau sebelum akhir tahun ini.
Advertisement
Keputusan Masih Belum Jelas
Boeing dan FAA telah di bawah pengawasan ketat untuk tanggapan mereka terhadap masalah yang mendera pesawat tersebut. Termasuk sistem penanganan penerbangan yang terlibat dalam kedua kecelakaan, Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver, atau MCAS.
Analis mengatakan prospek Boeing akan tetap kabur sampai Boeing bisa mendapatkan semua yang jelas bagi unit MAX untuk terbang lagi.
"Tidak mengherankan bahwa mereka tidak terus memproduksi pesawat yang tidak memiliki rumah," kata Adam Pilarski, wakil presiden senior di AVITAS, konsultan yang berbasis di Virginia.
Maskapai penerbangan besar yang membeli 737 MAX jet berulang kali mendorong mundur tanggal operasional unit tersebut.
Maskapai Southwest mengatakan pada hari Kamis bahwa pihaknya telah mencapai kesepakatan rahasia dengan Boeing, yang sebagian memberikan kompensasi kepada maskapai untuk biaya yang terkait dengan grounding jet.
Namun demikian perusahaan itu pada bulan November meluncurkan versi terbaru dari jet, 737 MAX 10.
Saham Boeing jatuh 4,3 persen karena investor mengantisipasi keputusan Senin. Mereka turun 0,4 persen lagi di perdagangan setelah jam di 23.00 GMT.