Liputan6.com, Melbourne - Ini kisah dua muda mudi asal Indonesia yang lebih memilih menjadi pekerja kasual saat Natal. Di saat warga Australia menikmati liburan akhir tahun.
Bagi mereka, selain lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan di penghujung tahun, ada kesempatan luas untuk mendapat pekerjaan tetap.
Baca Juga
Menjelang Natal, pusat kota Melbourne, seperti kota-kota besar di belahan dunia lainnya, tampak lebih ramai dari biasanya.
Advertisement
Toko-toko dipenuhi oleh warga lokal dan turis asing yang sedang berbelanja, membuat sektor ritel menjadi lebih bergairah dan membutuhkan banyak tenaga kerja.
Di kawasan Bourke St yang sedang sibuk, ABC Indonesia menemui Gwen Florencia Ali, seorang warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja kasual di sebuah butik perancang ternama asal Amerika Serikat. Ia mengaku kalau sudah empat tahun bekerja di musim liburan dan tidak pulang ke Indonesia untuk merayakan Natal bersama keluarganya.
"Bukan karena uang, tapi mumpung di Melbourne, saya ingin merasakan bekerja di musim Natal," kata Gwen kepada Erwin Renaldi seperti Liputan6.com kutip Rabu (25/12/2019).
Awalnya, perempuan berusia 23 tahun tersebut hanya "iseng" saja datang ke sejumlah toko-toko dengan membawa surat lamaran dan CV-nya.
"Saya banyak dengar kalau toko-toko itu butuh lebih banyak orang saat musim liburan seperti ini," ujar Gwen yang asli Surabaya. Ia mengakui kalau pekerjaan di sektor ritel lebih mudah didapatkan saat menjelang Natal, karena pertokoan yang buka lebih lama dari biasanya dan banyak pekerja yang berlibur.
Pengalaman yang sama juga dirasakan oleh Jason Hendriks, pemuda asal Makassar yang sedang bekerja di sebuah produk perawatan tubuh buatan Australia.
Toko Butuh Banyak Tenaga
Menurut Jason, toko tempat ia bekerja membutuhkan lebih banyak tenaga, karena banyaknya konsumen yang berbelanja membeli hadiah Natal dan Tahun Baru, belum lagi dengan tawaran diskon.
"Karena mereka butuh lebih banyak tenaga kerja, jadi ada toleransi untuk tidak terlalu mementingkan pengalaman," katanya.
Baik Gwen dan Jason mengaku bayaran mereka sebagai pekerja kasual di musim liburan masih sama dengan bulan-bulan lainnya, yakni antara AU$ 25 hingga 30, atau lebih dari Rp 241 ribu hingga Rp 280, per jam.
"Tapi jelang akhir tahun kita bisa bekerja lebih lama, kalau di bulan biasa hanya kerja tiga sampai empat jam, kini bisa sampai delapan jam dalam sehari," kata Jason.
Jason juga mengaku kalau dalam dua minggu terkahir menjelang Natal, ia mendapat jadwal kerja lima hari dalam sepekan.
Sementara Gwen pernah mendapat pengalaman bekerja saat 'Boxing Day', sehari setelah Hari Natal, di mana semua toko di Australia menawarkan diskon besar-besaran."Bayaran bisa dua kali lipat, saya pernah mendapat $50 sejam saat Boxing Day," katanya.
Tapi bekerja di ritel bukanlah pekerjaan yang mudah, menurut keduanya, karena konsumen seringkali ingin mencoba banyak hal, seperti pakaian atau sepatu, dengan meminta berbagai ukuran dan warna.
"Yang paling bikin kesal kalau ternyata tidak jadi beli," ujar Gwen sambil tertawa.
Menurut Jason, di toko tempatnya bekerja banyak karyawan tetap, termasuk di tingkat manajemen, yang memulai karirnya dari bekerja kasual. Karenanya, ia mengatakan tidak menutup kemungkinan bagi pekerja kasual saat musim liburan bisa ditawari menjadi kasual tetap sepanjang tahun.
"Kerja Christmas casual itu biasanya berakhir hingga Januari, kalau mendapat penawaran bisa menjadi kasual sepanjang tahun," jelas Jason.
Advertisement
Jadi Ajang Membuktikan Diri di Sektor Ritel
Dari pengalaman pribadinya, Gwen mengatakan bekerja kasual di musim Natal menjadi kesempatan untuk membuktikan diri dan meniti karir di sektor ritel.
Jika menunjukkan dapat bekerja dengan baik, pihak ritel biasanya menawarkan pekerjaan 'part time' atau paruh waktu, bahkan pekerja tetap, atau 'full time', ujarnya.
Menurut Gwen, masih sedikit warga Indonesia yang bekerja di bidang ritel, karena ada anggapan "sulit untuk mendapatkannya".
"Sudah mundur sebelum mencoba, padahal di musim liburan seperti ini justru saatnya untuk memulai," kata Gwen."Tipsnya, penampilan memang nomor satu, tapi yang terpenting adalah menunjukkan kepribadian yang ramah saat diwawancara."