Liputan6.com, Hong Kong - Kemeriahan perayaan Natal beralih menjadi suasana tegang di Hong Kong pada Rabu, 25 Desember 2019 sore, ketika polisi menembakkan gas air mata ke arah para demonstran anti-pemerintah.
Polisi juga melakukan penangkapan di tengah bentrokan yang menegangkan pada hari kedua.
Advertisement
Bentrokan terbaru ini terjadi ketika pemimpin Hong Kong yang ditunjuk oleh Beijing, Carrie Lam, mengecam apa yang disebutnya “pengacau ugal-ugalan dan egois” yang merusak suasana pesta di Hong Kong. Demikian dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (26/10/2019).
Pemimpin Hong Kong mengatakan, pemerintah akan “memastikan mereka yang melanggar hukum akan terkena konsekuensinya.”
Bentrokan terjadi pada saat para aktivis melakukan berdemonstrasi di pusat belanja di seluruh Hong Kong pada Hari Natal.
Polisi juga mencegat dan melakukan penggeledahan terhadap anak-anak muda berpakaian hitam, yang merupakan seragam dari aktivis yang terlibat dalam gerakan anti pemerintah yang dimulai Juni lalu.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Aksi Para Demonstran
Para pengunjuk rasa memblokir jalan-jalan dan menghancurkan bank.
Polisi juga mengatakan pihaknya melemparkan bom molotov. Dari aksi tersebut, lebih dari 100 orang ditangkap, kata pihak berwenang. Demikian dikutip dari CNN.
Tidak seperti di daratan China, 25 Desember dan 26 Desember adalah hari libur nasional di Hong Kong, di mana sekitar 12% dari populasi beragama Kristen.
"Banyak anggota masyarakat dan turis yang datang ke Hong Kong kecewa karena perayaan malam Natal mereka dirusak oleh sekelompok perusuh yang egois," kata Lam dalam postingan Facebooknya di Hari Natal.
Seorang pengunjuk rasa dirawat di rumah sakit setelah jatuh di dekat sebuah mal pada Malam Natal.
Pihak berwenang mengatakan dia "mendorong petugas mereka ke tanah dan tiba-tiba melompati pagar kaca dalam upaya untuk melarikan diri, dan jatuh."
Pria itu sadar dan dibawa ke rumah sakit, dan sejak itu ditangkap karena menyerang seorang petugas polisi.
Advertisement
Aksi Brutal
Hong Kong Watch, sebuah organisasi non-pemerintah yang berbasis di Inggris, menuduh pihak berwenang melakukan "kebrutalan yang benar-benar keterlaluan" pada malam Natal.
Pemerintah menanggapi tuduhan dalam sebuah pernyataan, mengatakan bahwa polisi hanya mengerahkan "kekuatan minimum."
Adegan seperti ini dan tuduhan kesalahan di kedua belah pihak telah menjadi semakin umum di tengah kerusuhan politik yang terus berlangsung.