Liputan6.com, Hong Kong - Para pengunjuk rasa anti-pemerintah Hong Kong pada hari Kamis menyelesaikan rangkaian unjuk rasa selama tiga hari pada perayaan hari Natal.
Hal itu menyebabkan lebih dari 310 orang ditangkap, tetapi mereka tetap bertekad untuk kembali ke jalan-jalan dan melakukan aksi massa pada 1 Januari kemudian melancarkan aksi mereka di tahun baru.
Advertisement
Baca Juga
Pemerintah mengeluarkan tiga penyataan tegas selama 24 jam untuk membantah pernyataan media Barat dan kelompok protes yang mengungkapkan "kebrutalan polisi" dan "penindasan negara", setelah gas air mata dan semprotan merica digunakan pada Malam Natal, Hari Natal, dan Boxing Da. Demikian dikutip dari South China Morning Post, Jumat (27/12/2019).
Hal itu terpaksa dilakukan untuk membubarkan para pengunjuk rasa yang radikal serta menggunakan kekerasan dan vandalisme selama demonstrasi di mal-mal seluruh kota.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kekacauan di Hari Natal
Polisi mengatakan mereka telah menangkap lebih dari 310 pemrotes pada hari Selasa dan Kamis, 165 di antaranya pada Malam Natal, termasuk 105 di dekat markas besar pasukan di Wan Chai, karena dicurigai ikut serta dalam sebuah pertemuan ilegal.
Para pengunjuk rasa memblokir jalan-jalan dan menghancurkan bank.
Polisi juga mengatakan pihaknya melemparkan bom molotov. Dari aksi tersebut, lebih dari 100 orang ditangkap, kata pihak berwenang. Demikian dikutip dari CNN.
Tidak seperti di daratan China, 25 Desember dan 26 Desember adalah hari libur nasional di Hong Kong, di mana sekitar 12% dari populasi beragama Kristen.
"Banyak anggota masyarakat dan turis yang datang ke Hong Kong kecewa karena perayaan malam Natal mereka dirusak oleh sekelompok perusuh yang egois," kata Lam dalam postingan Facebooknya di Hari Natal.
Advertisement