Sukses

Rusuh Lagi, Demonstran Hong Kong Usir Pedagang Asal China

Demo di Hong Kong tetap rusuh meski sedang suasana natal.

Liputan6.com, Hong Kong - Suasana Natal yang penuh sukacita tidak bisa membendung aksi unjuk rasa kubu pro-demokrasi di Hong Kong. Polisi pun harus memukul mundur para demonstran yang melakukan sweeping di pusat perbelanjaan. 

Dilaporkan VOA Indonesia, Minggu (29/12/2019), Polisi bentrok dengan para pengunjuk rasa yang masuk ke sebuah mall di Hong Kong menuntut supaya para pedagang China daratan pergi dari lokasi.

Aksi di Sheung Shui, perbatasan Hong Kong dengan China daratan ini adalah usaha pengunjuk rasa paling baru untuk menekan pemerintah Hong Kong.

Kira-kira 100 demonstran masuk ke pusat pertokoan itu sambil menyerukan "Bebaskan Hong Kong" dan "Pulanglah ke Daratan China!"

Polisi yang berpakaian sipil dan bersenjatakan pentungan menangkap sejumlah demonstran. Seorang polisi menggunakan semprotan merica yang diarahkan pada demonstran dan wartawan. Stasiun radio dan TV Hong Kong melaporkan 14 orang ditangkap.

Pada Sabtu kemarin, sebagian pedagang di mall Sheung Shui itu menutup kios mereka dan menyegelnya dengan pita oranye. 

Polisi Hong Kong telah menangkap 336 orang pada liburan hari Natal sementara gerakan protes di kota itu terus marak.

Juru bicara kepolisian Hong Kong, Kwok Ka-Chuen mengatakan kepada wartawan bahwa mereka yang ditahan antara Senin dan Kamis itu antara lain 92 perempuan dan anak-anak di bawah umur, berusia semuda 12 tahun.

Penangkapan itu membuat jumlah orang yang ditahan selama protes mendekati 7.000 orang, sebagian besar adalah usia pelajar dan mahasiswa.

Demonstran, yang sebagian mengenakan topi Sinterklas, bentrok dengan polisi Hong Kong pada musim liburan Natal, sementara demonstransi selama enam bulan lebih ini tampaknya akan terus berlangsung hingga tahun baru.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Polisi Minta Demonstran Tidak Menyerang Warga Tak Bersalah

Jubir polisi juga mengecam apa yang ia sebut serangan terhadap warga biasa di pusat-pusat perbelanjaan dan restoran serta perusakan prasarana umum, termasuk stasiun kereta bawah tanah, bank-bank dan jaringan listrik.

“Rencana mereka adalah membungkam mereka yang memiliki pandangan berbeda dan untuk meneror publik. Siapa pun yang tidak sependapat dengan kekerasan mereka akan dihadapkan dengan kekerasan juga,” kata Kwok kepada wartawan.

Demonstran berbaju hitam memecahkan kaca-kaca jendela toko di kawasan belanja, dan polisi menanggapinya dengan gas air mata serta penangkapan.

Protes untuk menuntut hak-hak demokratis yang lebih luas itu tidak menunjukkan tanda-tanda mereda setelah kemenangan besar para kandidat antipemerintah dalam pemilihan wakil distrik awal bulan ini.

Gangguan pada liburan hari Natal juga meningkatkan kekhawatiran terkait liburan Tahun Baru dan musim libur Tahun Baru Imlek yang lebih lama pada akhir Januari, masa-masa yang telah menyebabkan kekerasan dan kerusuhan di Hong Kong pada masa lalu.