Sukses

30-12-1884: Lahirnya 'Hitler' Jepang Hideki Tojo

Hideki Tojo menjadi Perdana Menteri Jepang yang dikenal ganas, hingga dijuluki 'Hitler' Jepang.

Liputan6.com, Jakarta - Hari itu, 30 Desember 1884, tepat 135 tahun silam, seorang pria bernama Hideki Tojo lahir di Tokyo, Jepang. Dia kemudian menjadi Perdana Menteri Jepang yang dikenal ganas, hingga dijuluki 'Hitler' Jepang.

Semasa muda, Tojo mengambil kuliah di Akademi Militer Jepang. Kemudia setelah lulus, ia ditugaskan ke Berlin sebagai salah satu serdadu dalam Perang Dunia I. Semasa bekerja, dia dikenal sebagai seorang yang berintegritas dan disiplin.

Atas hasil kerja kerasnya itu, ia diangkat sebagai Kepala Staf Militer dalam tugas di Manchuria, China. Kemudian ia naik jabatan menduduki posisi pimpinan di Kementerian Perang Jepang, khusus menangani urusan politik luar negeri dan peperangan.

Dalam penting tersebut, Tojo berperan dalam perjanjian kerja sama dengan Jerman dan Italia dalam mendirikan Blok Poros pada tahun 1940. Tojo kemudian diangkat sebagai Perdana Menteri.

Sang Hitler Jepang ini melakukan reformasi pemerintahan dan memperkuat militer dan kebijakan politik luar negerinya. Selain itu, Tojo juga memfokuskan pada pembangunan industri dalam negeri.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Ditangkap Tentara AS

Tojo dikenal sebagai pemimpin diktator yang bercita-cita untuk membuat tatanan baru di Asia. Dia merupakan orang yang memerintahkan serangan militer ke Pearl Harbour Amerika Serikat, yang saat itu menggemparkan dunia.

Tojo berhasil membawa negaranya berjaya melawan kekuatan AS. Namun kemudian, di tahun 1944, kekuatan Jepang menyusut. Kekuasaan Tojo pun melemah.

Jepang kalah dalam pertempuran Perang Dunia II di pulau Saipan yang merupakan bagian dari kepulauan Mariana. Tentara Amerika Serikat dapat menaklukkan tentara Jepang yang dikomando oleh Yoshitsugu Saito. Perang pun berakhir setelah kota Hiroshima dan Nagasaki dibom atom.

Tojo ditangkap tentara Amerika Serikat pada 11 September 1945 atas perintah Jenderal MacArthur. Saat itu, ia mencoba bunuh diri dengan tembakan. Namun gagal. Ia kemudian diseret ke penjara.

Tojo pada akhirnya menghembuskan nafas terakhir dengan tragis. Dia dijatuhi hukuman mati dan dieksekusi gantung di penjara Sugamo, pada 23 Desember 1948.

Sejarah lain mencatat pada 30 Desember 2000, serangkaian ledakan bom meledak di sejumlah tempat di Metro Manila, Filipina. 22 tewas dan ratusan lainnya luka-luka.

Sementara pada 30 Desember 1972, Presiden AS Richard Nixon menghentikan pengeboman di Vietnam Utara dan mengumumkan proses perdamaian.