Liputan6.com, Kabul - Pihak Taliban setuju pada gencatan senjata sementara di Afganistan. Keputusan ini diambil sembari menunggu penandatanganan perjanjian damai dengan Amerika Serikat (AS).
Dilaporkan AP News, Senin (30/12/2019), pihak AS sudah meminta adanya gencatan senjata sebelum ada perjanjian damai. Presiden AS Donald Trump bertekad ingin menarik mundur pasukan militer negaranya dari Afganistan.
Advertisement
Baca Juga
Gencatan senjata direncanakan berlangsung selama 10 hari, namun belum jelas kapan gencatan senjata akan dimulai. Pihak Gedung Putih menolak berkomentar atas keputusan gencatan senjata ini.
Konflik bersenjata di Afganistan telah berlangsung 18 tahun dan Trump menyebutnya sebagai "Perang Tanpa Akhir" yang ingin ia akhiri. Sejak awal dilantik, Trump cenderung anti-intervensi dan lebih tertarik mengurus isu domestik.
Saat ini, AS masih memiliki 12 ribu pasukan di Afganistan. AS meminta Taliban berjanji agar tidak menggunakan Afganistan sebagai markas tindakan terorisme. Hal itu sempat ditentang pemerintah Afganistan dan beberapa penasihat garis keras Trump karena Taliban dikhawatirkan tak bisa berkomitmen.
Tim negosiasi Taliban pada hari Minggu kemarin sudah bertolak ke kantor politik mereka di Qatar. Di sana mereka berunding perdamaian dengan utusan khusus perdamaian AS Zalmay Khalilzad.
Perundingan sudah berlangsung sejak September 2018, namun September lalu perundingan damai sempat batal karena ada peningkatan aktivitas kekerasan di ibu kota Kabul yang menewaskan prajurit AS. Presiden Trump pun geram dan membatalkan perjanjian damai.
Pembicaraan damai dengan Taliban kembali berlanjut setelah kunjungan spesial Presiden Trump ke markas militer AS di Afganistan pada November lalu. Ia pun mengumumkan Taliban siap dan setuju untuk mengurangi kekerasan.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Hak Perempuan hingga Konstitusi
Zalmay Khalilzad mengajukan tawaran gencatan senjata pada awal Desember lalu. Pihak Taliban dan Afganistan diupayakan agar mau berdialog secara langsung.
Negosiasi diperkirakan akan mencakup isu-isu sensitif seperti hak perempuan, kebebasan berpendapat, dan perubahan konstitusi Afganistan. Nasib puluhan ribu tentara Taliban pun akan turut dibahas.
Meski ada perundingan damai, beberapa petarung masih terus saja bertempuar di wilayah utara Afganistan. Hari minggu kemarin, 17 orang terbunuh.
Pekan sebelumnya, seorang tentara AS juga tewas akibat bom. Taliban mengaku bertanggung jawab.
Kemarin pun militer AS baru saja melakukan serangan udara yang menewaskan total 13 tentara Taliban di seantero Afganistan.
Taliban dan pasukan Afganistan yang dibantu AS kerap bentrok pada setiap hari. Rakyat biasa pun kerap ikutan menjadi korban akibat bom-bom jebakan Taliban.
Advertisement