Sukses

Rangkaian Pawai Protes Hong Kong Terus Terjadi, Tak Ada Pertanda Usai pada 2020

Demonstrasi Hong Kong sudah berlangsung selama tujuh bulan. Memasuki tahun baru 2020, nampaknya tidak ada tanda-tanda bahwa aksi akan usai.

Liputan6.com, Jakarta Hong Kong memulai hari pertama tahun ini dengan demonstrasi besar-besaran anti-pemerintah yang berakhir dengan kekacauan.

Kelompok radikal memblokir jalan-jalan, menghancurkan lampu lalu lintas, melemparkan bom molotov, merusak cabang-cabang bank, menghancurkan toko-toko dan menargetkan Pengadilan Tinggi. Akhirnya, polisi menembakkan gas air mata dan meriam air, dan menangkap ratusan orang.

Setelah mengakhiri hari terakhir tahun 2019 dengan protes yang ricuh, nampaknya tidak ada tanda bahwa hal tersebut akan usai di tahun yang baru yaitu 2020. Demikian dikutip dari South China Morning Post, Kamis (2/1/2020).

Pawai yang disetujui polisi ke kawasan pusat bisnis dimulai tepat sebelum pukul 15.00, dengan sebagian besar pengunjuk rasa berbondong-bondong ke titik awal di Victoria Park di pusat perbelanjaan Causeway Bay.

Penyelenggara protes Front Hak Asasi Manusia Sipil mengklaim jumlah pemilih telah melampaui perkiraan 1,03 juta untuk reli besar pertama melawan RUU ekstradisi pada bulan Juni.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Tak Ada Penyesalan

Pawai tersebut bermaksud menunjukkan solidaritas untuk mendorong tuntutan para pengunjuk rasa, termasuk penyelidikan independen terhadap perilaku polisi selama hampir tujuh bulan berlangsungnya kerusuhan, amnesti bagi semua yang ditangkap, dan hak pilih universal.

Pemimpin kota yang jadi musuh massa, Kepala Eksekutif Carrie Lam Cheng Yuet-ngor, telah menolak semua tuntutan mereka, kecuali mencabut RUU ekstradisi yang pertama kali memicu protes hampir tujuh bulan lalu.

"Saya pikir protes akan terus berlanjut karena chief executive tidak menanggapi dalam arti apa pun, dan dari apa yang disebut videonya untuk merayakan tahun baru, kami tidak melihat dia menunjukkan penyesalan atas apa yang dia lakukan," ujar seorang demonstran yang berusia 16 tahun.