Liputan6.com, Baghdad - Jenderal top Iran terbunuh dalam serangan drone pada Jumat pagi (3/1/2019) di dekat bandara Baghdad. Angkatan militer Amerika Serikat (AS) memastikan bahwa serangan itu atas komando Presiden Donald Trump.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan Kamis malam oleh Pentagon menyebut serangan terhadap Soleimani "ditujukan untuk menghalangi rencana serangan Iran di masa depan."
Dilaporkan AP News, jenderal yang terbunuh adalah Qasem Soleimani (atau Suleimani) yang memimpin Pasukan Elit Quds Iran yang bertugas di bidang intel dan masuk ke dalam daftar teroris AS.
Advertisement
Soleimani adalah sosok jenderal berpengaruh di Iran. Kementerian Pertahanan AS mengatakan Soleimani berencana menyerang diplomat dan prajurit AS di Irak.
Baca Juga
Soleimani tewas di mobilnya akibat serangan drone AS pada jalanan dekat bandara Baghdad. Pihak keamanan Irak berkata Soleimani baru tiba dari luar negeri, namun belum dipastikan apakah dari Lebanon atau Suriah.
Korban tewas lain adalah pejabat dari Pasukan Mobilisasi Populer (Popular Mobilization Forces/PMF) di Irak yang mendapat dukungan Iran. Salah satunya adalah Abu Mahdi al-Muhandis.
Pihak PMF berkata tubuh Jenderal Soleimani tercabik-cabik akibat serangan. Jasadnya teridentifikasi berkat cincin yang ia pakai.
Penasihat Presiden Iran Hassan Rouhani yakni Hessameddin Ashena mengancam Iran siap melakukan pembalasan. "Siapapun yang melangkahi garis merah harus siap melawan konsekuensi," tulisnya via Telegram.
Presiden Donald Trump sedang berlibur di rumahnya di Mar-a-Lago, Florida. Namun, ia memposting foto bendera AS di Twitter.
Politikus oposisi Senator Richard Blumentshal menyebut tindakan Trump bisa mengancam perang baru. Namun, senator pro-Donald Trump Lindsey Graham justru memberikan pujian.
"Kepada pemerintah Iran: jika kamu ingin tambah, kamu akan diberikan lagi," tulis Graham di Twitter.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Serangan Dekat Bandara
Sebelumnya dikabarkan, serangan roket menghantam area dekat bandara di Baghdad, Irak. Belum jelas siapa pelakunya, tetapi korban berasal dari paramiliter yang didukung rezim Iran.Â
Dilaporkan BBC, Pasukan Mobilisasi Populer yang mendapat dukungan Iran berkata salah satu perwira mereka terbunuh serangan. Setidaknya ada delapan korban jiwa.Â
Kejadian terjadi pada Jumat pagi waktu setempat.
Serangan ini terjadi beberapa hari setelah Kedutaan Besar AS di Irak diserang massa. Kejadian disebut akibat serangan AS yang menarget pasukan militer yang didukung Iran.Â
France24Â melaporkan roket Katyusha itu menyerang terminal kargo, membakar dua kendaraan, dan membunuh serta melukai beberapa orang.Â
Militer pro-Iran mengatakan bahwa ada tujuh orang di pihak mereka tewas. Saat itu, paramiliter pro-Iran sedang menyelenggarkan acara di Bandara Baghdad.Â
Identitas perwira Mobilisasi Populer yang tewas adalah direktur hubungan masyarakat mereka. Pihak militer pro-Iran pun menyalahkan AS atas serangan itu.Â
Dalam akun Facebook mereka, Pasukan Mobilisasi Populer berkata serangan itu sebagai tindakan pengecut.
Advertisement