Sukses

Saling Serang, Ini 10 Fakta di Balik Serangan AS yang Tewaskan Jenderal Top Iran

Berikut ini sejumlah fakta di balik serangan AS yang menewaskan jenderal top Iran yang jadi sorotan.

Liputan6.com, Washington, D.C - Dunia kini tengah menyoroti eskalasi hubungan antara Amerika Serikat, Iran dan Irak. Serangan atas perintah Donald Trump yang dikonfirmasi Pentagon, menewaskan Jenderal Qasem Soleimani.

Warganet pun ikut bersuara, mereka menyatakan kekhawatiran Perang Dunia III akan meletus.

Departemen Pertahanan AS mengatakan pihaknya melakukan serangan atas arahan Presiden Donald Trump sebagai "tindakan defensif" terhadap Soleimani. yang katanya merencanakan serangan lebih lanjut terhadap diplomat dan militer Amerika.

Selain itu, berikut ini 10 fakta di balik serangan AS yang menewaskan jenderal top Iran yang jadi sorotan, seperti dikutip dari USA Today, Sabtu (4/1/2020):

 

2 dari 11 halaman

1. Qasem Soleimani adalah komandan Pasukan Quds Korps Pengawal Revolusi Iran. Ia adalah salah satu tokoh rezim yang paling kuat. Pria berusia 62 tahun itu menjadi kepala Pasukan Quds pada akhir 1990-an.

3 dari 11 halaman

2. Pasukan Quds adalah bagian elit Korps Pengawal Revolusi Islam Iran, yang disebut Trump sebagai organisasi teroris asing pada bulan April. Quds dikenal karena gaya perangnya yang tidak teratur dan tidak konvensional. Tim itu dikerahkan ke dalam perang panjang Suriah untuk mendukung Presiden Bashar Al-Assad, serta ke Irak setelah invasi AS 2003 yang menjatuhkan diktator Saddam Hussein, musuh lama Teheran.

4 dari 11 halaman

3. Ini adalah pertama kalinya AS menetapkan kaki tangan pemerintah lain sebagai organisasi teroris. Departemen Luar Negeri AS menyalahkan pasukan Iran atas kematian sedikitnya 603 anggota layanan Amerika di Irak sejak 2003 dan 17% dari semua kematian personel AS di Irak dari 2003 hingga 2011.

5 dari 11 halaman

4. Qasem Soleimani memimpin sebagian besar pasukan yang didukung Iran dalam operasi selama Perang Irak. Ia menjadi terkenal setelah mendampingi pasukan yang memerangi ISIS di Irak dan Suriah atas nama Assad. Ia populer di kalangan banyak orang Iran, yang melihatnya sebagai pahlawan tanpa pamrih yang memerangi musuh-musuh Iran di luar negeri.

6 dari 11 halaman

5. Para pejabat AS mengatakan bahwa prajurit di bawah Soleimani mengajari para militan Irak cara membuat dan menggunakan bom pinggir jalan yang mematikan terhadap pasukan AS setelah invasi ke Irak. Iran telah membantahnya. Soleimani sendiri tetap populer di kalangan banyak orang Iran, yang melihatnya sebagai pahlawan tanpa pamrih yang memerangi musuh-musuh Iran di luar negeri.

7 dari 11 halaman

6. Menurut AP, serangan perintah Donald Trump menewaskan enam orang lain. Di antara mereka adalah Abu Mahdi al-Muhandis, wakil komandan milisi yang didukung Iran di Irak yang dikenal sebagai Pasukan Mobilisasi Populer. Lima lainnya, termasuk petugas protokol bandara PMF, Mohammed Reda.

8 dari 11 halaman

7. Serangan terjadi beberapa hari setelah Kedutaan Besar AS di Baghdad diserang pendukung milisi Irak yang didukung Iran, Kataib Hezbollah.

9 dari 11 halaman

8. Serangan di kedutaan itu terjadi setelah gempuran udara AS pada hari Minggu sebelumnya, yang menewaskan 25 milisi yang didukung Iran di Irak, Kataeb Hezbollah.

10 dari 11 halaman

9. Militer AS mengatakan serangan itu sebagai pembalasan atas pembunuhan kontraktor Amerika pekan lalu, dalam serangan roket 27 Desember di pangkalan militer Irak yang menurut AS ulah milisi.

11 dari 11 halaman

10. Departemen Pertahanan AS mengatakan pada Kamis 2 Januari bahwa Soleimani telah mengatur serangan terhadap pangkalan koalisi di Irak selama beberapa bulan terakhir - termasuk serangan pada tanggal 27 Desember - yang berpuncak pada kematian dan melukai personel tambahan Amerika dan Irak. Jenderal Iran juga menyetujui serangan terhadap Kedutaan Besar AS, kata Pentagon.Â