Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berkata siap berdamai dengan Iran. Ajakan ini dibuat usai Iran melakukan retaliasi ke dua pangkalan AS di Irak pada Rabu dini hari, 8 Januari 2020.
Pengamat Timur Tengah Nahdlatul Ulama (NU) Zuhairi Misrawi meragukan tawaran damai itu bisa dengan mudah diterima oleh Iran. Pasalnya, ia menilai Iran sudah sering dikecoh AS.
Advertisement
Baca Juga
"Bagaimanapun alasan Iran kenapa tidak mau berunding karena selalu dikadalin, selalu ditipu oleh Amerika. Maka dia sudah tidak percaya lagi. Kepercayaan Iran terhadap Amerika itu sudah below zero. Di bawah nol. Sangat rendah sekali" ujar Zuhairi kepada Liputan6.com, Kamis (9/1/2020).
Zuhairi juga heran karena AS melarang Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif untuk berkunjung ke Markas PBB di New York. Pemerintah AS tidak mau memberikan visa sehingga Zarif tak bisa hadir di pertemuan Dewan Keamanan pada Kamis ini.
Zuhairi menganalisis bahwa posisi Iran saat ini juga lebih kompak dari AS. Keputusan Iran untuk melakukan retaliasi mendapat dukungan populer dari rakyat. Sebaliknya, langkah Trump terhadap Iran terganjal Partai Demokrat yang mengontrol DPR AS.
Terkait respons Iran, Zuhairi percaya Iran tidak akan membabi buta, melainkan meluncurkan serangan yang proporsional. Proksi-proksi Iran yang tersebar di Palestina, Lebanon, Yaman, Suriah, dan Irak pun sudah siap menyerang jika perlu.
"Yang menjadi korban adalah orang penting di Iran. Orang penting kedua: Qasem Soleimani," ucap Zuhairi. "Maka Iran akan melakukan langkah-langkah proporsional dan terukur," ia menjelaskan.
AS belum melakukan retaliasi terhadap serangan Iran ke pangkalan militer mereka di Irak. Serangan itu tidak menjatuhkan korban jiwa. Pihak Iran sendiri menyebut tidak akan menyerang bila AS berhenti menyerang.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Ajakan Damai Donald Trump
Presiden AS Donald Trump menyampaikan keterangan pers terkait serangan rudal Iran ke pangkalan militer AS di Irak. Serangan Iran ternyata tidak menewaskan prajurit AS atau Irak.
"Tidak ada nyawa warga Amerika atau Irak yang tewas berkat langkah-langkah waspada yang diambil," ujar Donald Trump di Gedung Putih pada Rabu (8/1/2020) waktu setempat.
Trump berkata sistem deteksi dini bekerja dengan baik. Ia pun menegaskan tewasnya Jenderal Qasem Soleimani adalah atas komandonya karena jenderal Iran itu diketahui terlibat aksi terorisme.
"Atas arahan saya, militer AS berhasil mengeliminasi teroris top dunia Qasem Soleimani. Sebagai pemimpin pasukan Quds, Soleimani secara pribadi bertanggung jawab atas beberapa kejahatan terburuk seperti melatih pasukan teroris, termasuk Hizbullah," ujar Donald Trump.
Soleimani juga disebut bertanggung jawab atas serangan ke Kedubes AS dan taktik bom tepi jalan yang menewaskan prajurit AS. Pasukan Quds juga tercatat terafiliasi dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan pasukan Houthi di Yaman.
"Dia (Soleimani) seharusnya diberantas sejak lama," ucap Trump.
AS pun siap memberikan sanksi ekonomi ke Iran yang dituding menjalan aksi teror di Timur Tengah. Trump pun mengecam perkembangan nuklir Iran, serta meminta NATO lebih aktif di Timur Tengah.
Namun, pada konferensi pers yang singkat itu Presiden Trump berkata siap berdamai dengan Iran. Dia berkata ingin ada kesepakatan yang membuat Iran tumbuh dan sejahtera.
"Kepada rakyat dan pemimpin Iran, kami ingin kalian punya masa depan, masa depan luar biasa yang kalian pantas dapatkan. Sejahtera di dalam negeri dan harmonis dengan negara-negara di dunia. AS siap merangkul perdamaian bersama mereka yang menginginkannya," tutup Donald Trump.
Advertisement