Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tidak menunjukan minat membalas serangan Iran ke pangkalan militer AS di Irak. Ketegangan konflik AS dan Iran pun mengarah ke de-eskalasi sebab Iran juga berkata tidak akan menyerang lagi jika AS tidak menyerang.
Dalam pidatonya, Trump berkata siap berdamai dengan Iran. Namun, pengamat Timur Tengah dari Nahdlatul Ulama (NU) Zuhairi Masrawi mengungkap ada fakor-faktor lain yang menyebabkan Trump ogah berperang.Â
Advertisement
Baca Juga
Tiga faktor itu adalah politik dalam negeri AS, pertimbangan negara sekutu AS di Timur Tengah, dan kepentingan investasi.Â
Bagaimana penjelasannya? Berikut tiga alasan Donald Trump ogah berperang melawan Iran:Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
1. Pemilu AS Sudah Dekat
Tidak terasa Presiden Donald Trump segera mengakhiri periode pertamanya sebagai presiden. Badai kontroversi dan upaya pemakzulan berhasil ia lewati dengan selamat.Â
Faktor pemilu itu juga yang membuat Donald Trump enggan berperang. Partai Demokrat sebagai oposisi menolak berperang dengan Iran.Â
"Kita melihat memang kalkulasi politik sangat tidak menguntungkan Trump dalam pemilu presiden yang akan datang karena tindakan membunuh Qasem Soleimani tidak punya payung hukum internasional, maupun hukum di Amerika sendiri yang tanpa restu dari Kongres yang dikuasai Partai Demokrat," ujar Zuhairi kepada Liputan6.com, Kamis (9/1/2020).Â
Advertisement
2. Sekutu AS Tolak Perang
Zuhairi juga melihat sekutu-sekutu AS di Timur Tengah tidak menghendaki adanya peperangan. Mereka khawatir perang bisa berdampak ke negara mereka.
"Negara yang menjadi mitra Amerika Serikat, terutama Kuwait, Dubai, Arab Saudi, dan Israel tidak menghendaki perang dengan Iran, karena bila itu terjadi maka akan merugikan beberapa negara itu," jelas Zuhairi.
3. Investasi Trump
Terakhir, faktor investasi menjadi penghalang terjadinya perang. Presiden Donald Trump pun punya kepentingan investasi di Timur Tengah.Â
Perusahaan The Trump Organization tercatat memiliki hotel dan klub Golf di Dubai.
"Trump sendiri banyak investasi di Dubai, di Arab Saudi, jadi secara pribadi Trump melihat, khawatir, investasi dia yang besar di Timur Tengah itu akan terancam, terganggu, oleh Iran," jelas Zuhairi.
Advertisement