Liputan6.com, Tehran - Para pemimpin Iran menghadapi protes yang kini telah memasuki hari kedua setelah pasukan militer mereka menembak jatuh sebuah pesawat penumpang Ukraina. Kejadian tersebut menewaskan seluruh penumpang yang berjumlah 176 orang, banyak dari mereka merupakan warga Iran.
Para pengunjuk rasa di Tehran dan di beberapa kota lain meneriakkan slogan-slogan yang menentang kepemimpinan Ayatollah Ali Khamenei.
Dilansir dari BBC, Senin (13/1/2020), bentrokan dengan pasukan keamanan dan penembakan gas air mata dilaporkan terjadi dalam aksi unjuk rasa tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Iran mengakui "tidak sengaja" mengenai pesawat itu setelah awalnya menyangkalnya, di tengah meningkatnya ketegangan dengan AS.
Pesawat itu, dalam perjalanan ke ibukota Ukraina, Kyiv, ditembak jatuh di dekat Tehran Rabu lalu, tak lama setelah Iran meluncurkan rudal di dua pangkalan udara yang menampung pasukan AS di Irak.
Serangan itu adalah tanggapan atas pembunuhan AS terhadap komandan senior Iran Qasem Soleimani dalam serangan pesawat tak berawak di Baghdad pada 3 Januari.
Banyak warga Iran dan Kanada, serta warga negara dari Ukraina, Inggris, Afghanistan dan Swedia menjadi korban dalam jatuhnya pesawat tersebut.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Protes Berujung Ricuh
Demonstran tetap melanjutkan protesnya meskipun pasukan keamanan telah berjaga dalam jumlah yang besar.
Polisi anti huru hara, anggota Pengawal Revolusi elit yang mengendarai sepeda motor, dan petugas keamanan berpakaian preman mulai disiagakan.
Dalam satu tindakan yang tampaknya simbolis menolak propaganda negara, sebuah video menunjukkan para siswa berhati-hati untuk tidak berjalan di atas bendera AS dan Israel yang dilukis di tanah di universitas Shahid Beheshti di Tehran.
Dalam beberapa klip media sosial, pengunjuk rasa dapat terdengar meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah, termasuk: "Mereka berbohong bahwa musuh kita adalah Amerika, musuh kita ada di sini."
Banyak dari pengunjuk rasa yang terlibat adalah perempuan.
Rekaman media sosial menunjukkan tepuk tangan dan nyanyian pengunjuk rasa di Lapangan Azadi Teheran. BBC Persia mengatakan adanya tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan keamanan, dengan gas air mata juga telah ditembakkan.
Kantor berita semi-resmi Fars mengatakan hingga 1.000 orang memprotes di berbagai titik di ibukota.
Protes juga dilaporkan terjadi di kota-kota lain.
Mereka yang memutuskan untuk terus berdemonstrasi akan memperhatikan kekerasan yang telah dilakukan pasukan keamanan dengan gerakan-gerakan protes di masa lalu, kata wartawan BBC urusan Arab Sebastian Usher.
Sejumlah surat kabar Iran telah meliput berita mengenai para korban pesawat di samping tajuk utama seperti "Malu" dan "Tak Terampuni".
Di sisi lain, ada juga pujian atas apa yang oleh salah satu koran pro-pemerintah sebut sebagai pengakuan kesalahan "jujur" Iran.
Â
Advertisement
Reaksi Trump
Presiden AS Donald Trump pada hari Minggu berulang kali memperingatkan bahwa Iran seharusnya tidak menargetkan para pemrotes anti-pemerintah, dengan mengatakan, "Dunia mengawasi. Lebih penting lagi, AS mengawasi".
Inggris, sementara itu, mengutuk penangkapan duta besar Inggris untuk Iran di Tehran sebagai "pelanggaran mencolok hukum internasional".
Menteri Luar Negeri Dominic Raab mengatakan Rob Macaire ditahan setelah menghadiri suatu acara di mana ia memberikan penghormatan kepada para korban kecelakaan itu, di mana beberapa di antaranya adalah orang Inggris.
Â