Liputan6.com, Jakarta - Brexit sudah di depan mata. Bulan ini adalah terakhir kalinya Inggris menjadi bagian Uni Eropa.
Sejak referendum Brexit pada 2016, Partai Konservatif Inggris berjuang di parlemen agar dasar hukum Brexit bisa lolos. Tujuan itu baru saja tercapai setelah kemenangan Perdana Menteri Boris Johnson di Pemilu Inggris.
Advertisement
Baca Juga
Lantas bagaimana efek ke Indonesia? Menteri Asia dan Pasifik Inggris Heather Wheeler berkata dampak Brexit amatlah bagus bagi Indonesia, terutama dari segi ekonomi.
"(Brexit) akan memiliki dampak yang tentunya sangat bagus," ujar Heather Wheeler di Jakarta pada Selasa malam (14/1/2020).
Dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, Inggris memiliki kesempatan bisnis yang lebih luas karena tak perlu mengikuti regulasi ketat Uni Eropa. Menteri Heather yakin peluang ini bisa menambah investasi kedua negara.
"Dan jika di antara kita bernegosiasi, menghilangkan hambatan perdagangan, maka itu akan memicu pertumbuhan ekonomi negaramu dan ekonomi negara saya dengan investasi dan ekspor dari Inggris dan investasi dari Indonesia," ia menjelaskan.
Ia berkata salah satu potensi ekspor dari Indonesia adalah produk kayu. Ketika Inggris menjadi bagian Uni Eropa, aturan ekspor produk kayu harus mengikuti Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK).Â
Kebijakan SVLK itu dikeluhkan pengusaha kayu karena biaya verifikasinya mahal. Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menyebut dampaknya adalah tidak maksimalnya ekspor.
Menteri Wheeler pun kembali menegaskan bahwa usai Brexit, maka Inggris akan memasuki periode untuk memperkuat persahabatan dengan mitra-mitranya di dunia.
"Pada pasca-Brexit kita ingin Inggris mendunia untuk ekspansi dan bergabung dengan semua sahabat-sahabat kami. Kami telah bekerja dengan kalian selama lebih dari 70 tahun, hampir 100 tahun. Jadi ini saat yang menarik," ujarnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Parlemen Inggris Setujui RUU Bersejarah Brexit
Sebelumnya dikabarkan, pekan lalu parlemen Inggris telah mengambil suara untuk meloloskan RUU Withdrawal Agreement alias RUU Kesepakatan Brexit dengan hasil 330-231. Produk hukum itu menentukan batas waktu kepergian Inggris dari Uni Eropa.
Melansir ABC, Jumat (10/1/2020), lolosnya RUU Kesepakatan Brexit itu menjadi simbol kemenangan Perdana Menteri Boris Johnson. RUU itu lolos setelah tiga perdebatan tiga hari.
Lolosnya RUU Brexit masih pada tahap House of Commons, kemudian harus diloloskan House of Lords. Menteri Brexit Stephen Barclay berharap House of Lords tidak melakukan penundaan dalam meloloskan RUU Brexit. House of Lords juga tidak bisa membatalkan RUU yang lolos dari House of Commons.
Rencananya, Inggris akan keluar dari Uni Eropa pada 31 Januari mendatang.
Inggris akan menjadi negara pertama yang keluar dari Uni Eropa. Rakyat Inggris melakukan referendum untuk keluar dari Uni Eropa pada 2016 lalu.
Kalangan pro-Brexit menang dengan memperoleh 51,9 persen suara. Namun, jalan keluar dari Uni Eropa ternyata tidak mudah. Partai Buruh yang merupakan partai oposisi terus menentang Brexit sehingga payung hukumnya terjegal.
Mantan Perdana Menteri Theresa May berkali-kali gagal untuk menang di parlemen. May kemudian mundur dan diganti oleh Boris Johnson yang membawa kemenangan pro-Brexit.
Inggris ingin keluar dari Uni Eropa salah satunya karena regulasi bisnis Uni Eropa terlalu ketat. Boris Johnson pun menjadikan Brexit sebagai bahan kampanye dengan slogan:Â Get Brexit Done.
Advertisement